nasional

Panel Diskusi Refleksi Akhir Tahun, Harus Adaptif Jika Tak Mau Keok, Ini Zaman Kuantum, Algoritma dan Mesin Bisa Ambil Keputusan Sendiri

Rabu, 3 Desember 2025 | 12:30 WIB
Suasana panel diskusi refleksi akhir tahun. (Dok)

Narasi “KPK sudah tidak relevan” menjadi salah satu isu yang paling menetap.

“Program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) mendapat perhatian besar, namun diiringi kritik mengenai ketidaksiapan eksekusi. Janji pertumbuhan ekonomi 8% juga dinilai publik sebagai harapan yang tidak realistis,” papar Neni.

Menurut Neni, publik menilai sikap pemerintah terhadap krisis Gaza tidak konsisten.

Riset menemukan jurang persepsi antara media dan publik: pemberitaan media cenderung positif, sementara warganet menunjukkan ketidakpercayaan yang meluas.

Baca Juga: Cara Menikmati Liburan Akhir Tahun dengan Perjalanan yang Lebih Tenang

“Publik bukan hanya mengkritik. Mereka kelelahan karena kebijakan terasa jauh dari realitas yang mereka hadapi. Ini menandakan hubungan negara dan warga berada dalam titik paling rawan.”

Menanggapi temuan riset berbasis AI dari Deep Intelligence Research, Rhenald menegaskan bahwa negara tidak bisa lagi bekerja dengan pola lama yang birokratis, lambat, dan berorientasi dokumen. Pemerintah harus masuk ke logika baru yang sesuai dengan Quantum Age.

Ia mengingatkan bahwa ancaman masa depan tidak lagi datang dari tank dan pasukan, melainkan dari kecerdasan buatan, informasi palsu, dan serangan digital.

“Rakyat hidup dengan logika digital. Negara harus mengejar ritme itu. Jika tidak berubah, maka distrust akan membesar dengan cepat,” katanya.

Baca Juga: Kabar Gembira bagi PPG, Disdikbud Pastikan Tak Ada PHK Guru Honorer, Komisi D DPRD Karanganyar Siap Kawal Aspirasi

Forum diskusi refleksi akhir tahun ini menghadirkan tokoh-tokoh lintas sektor yang memberikan perspektif strategis terhadap hasil riset Deep Intelligence Research, antara lain: Prof. Rhenald Kasali, founder Rumah Perubahan Andi Widjajanto, politisi & analis kebijakan dan politisi PDIP, Neni Nur Hayati, direktur DEEP Indonesia dan Direktur Komunikasi DIR, Atmaji Sapto Anggoro, praktisi Big Data & artificial intelligence, H. Oleh Soleh, anggota Komisi XI DPR, Muhammad Sarmuji, sekjen Partai Golkar, Muhammad Kholid, sekjen Partai Keadilan Sejahtera, dan Yuhronur Efendi, Bupati Lamongan.

Kehadiran para tokoh ini memberi pesan dan komitmen bahwa tantangan demokrasi, hukum, ekonomi, dan tata kelola negara memerlukan respons lintas disiplin.

Menutup forum, Direktur DEEP Indonesia Neni Nur Hayati menegaskan bahwa tantangan Indonesia hari ini bukan lagi terletak pada ketersediaan data, melainkan pada kemampuan bangsa menggunakannya secara kolektif.

Baca Juga: Kecelakaan Maut Libatkan Tiga Kendaraan di Jalan Laksda Adisucipto Sleman, Tiga Orang Tewas

“Ketika big data sudah ada, pertanyaannya, how the next? Bagaimana kita bergerak? Dengan siapa kita bergerak? Karena di era seperti ini, kolaborasi adalah kunci,” ujarnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB