sleman

Pelatihan Pranatacara dan Pamedhar Sabda di Pendopo Kantor Pemkal Madurejo Prambanan, berikut sebagian isi materinya

Rabu, 12 November 2025 | 11:30 WIB
Foto bersama sebagian peserta Pelatihan Pranatacara dan Pamedhar Sabda di Pendopo Kantor Pemkal Madurejo, Prambanan. (Foto: Sulistyanto)

 

HARIAN MERAPI- Seseorang yang biasa menjadi petugas panatacara atau pranatacara sudah selayaknya tak asal-asalan dalam memilih pakaian (busana).

Apalagi saat bertugas menjadi pranatacara, maupun ketika mendapat amanah menjadi pamedhar sabda seperti acara pernikahan. Misalnya, soal memakai surjan, kain jarik, blangkon hingga selop.

Hal tersebut diungkap Tri Sarjuli saat menjadi pemateri Pelatihan Pranatacara dan Pamedhar Sabda di Pendopo Kantor Pemerintah Kalurahan (Pemkal) Madurejo Prambanan Sleman, Selasa (11/11/2025) malam.

Baca Juga: Pengalaman perundungan bisa berdampak seperti ini pada anak, orang tua harus waspada  

Kegiatan yang diprakarsai Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman dan Paguyuban Pranatacara Yogyakarta (PPY) Sleman tersebut bagian dari pelaksanaan Sarasehan Induk Kelompok Masyarakat.

Adapun tema materi yang diangkat oleh Tri Sarjuli yang juga anggota PPY Sleman, Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), yakni “Besus Busana Tumprap Pranatacara lan Pamedhar Sabda.”

Menurut Tri, ketika pranatacara/pamedhar sabda khususnya putra, jika memakai kain jarik, maka kain diwiru dengan lebar tiga jari (sesuai jari masing-masing).

“Diawali lipatan pertama sered tampak dari depan dan jatuh di tepi bagian luar. Selanjutnya kain yang sudah diwiru dililitkan dari arah kanan ke kiri,” ungkap Tri.

Baca Juga: Begini pengaruh pola asuh anak di rumah, bisa jadi pemicu kekerasan

Bagian dalam jarik, lanjutnya, diwiru pula sesuai dengan sisi kain jarik. Apabila kain motif parang lereknya harus berlawanan dengan arah pemakaian keris.

Selain itu pemakaian kain jarik di bagian bawah harus menutup mata kaki. Sedangkan ketika memakai setagen biasa disebut pula lonthong, dililitkan sebatas cethik dari kanan ke kiri hanya satu sap.

“Memakai kamus timangnya dengan cara dililitkan tepat pada tengah lonthong dan keris diselipkan pada lonthong. Blangkon agar benar-benar pas dengan ukuran kepala, bisa pesan langsung di perajin blangkon,” tegas Tri.

Ditambahkan, khususnya surjan ada pula yang biasa menyebut baju takwa. Beberapa ciri khasnya seperti lengan panjang, ujung baju runcing dan leher tinggi berkancing tiga pasang.

Halaman:

Tags

Terkini