sleman

BMKG Jelaskan Soal Potensi Tsunami di Kulon Progo

Minggu, 16 Maret 2025 | 21:30 WIB
Kepala Stasiun Geofisika Sleman Ardhianto Septiadhi saat menjelaskan analisis potensi bahaya gempa bumi dan tsunami di Kulonprogo saat ditemui di kantornya di Gamping, Sleman, Jumat (14/3). (Foto: ANTARA/Luqman Hakim)

 

HARIAN MERAPI - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat tidak panik terkait dengan potensi tsunami di Kulon Progo, terutama di sekitar lintas bawah jalur lintas selatan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA).

Kepala Stasiun Geofisika Sleman Ardhianto Septiadhi menegaskan, tsunami di wilayah tersebut merupakan potensi, bukan prediksi sehingga yang lebih penting kesiapsiagaan serta mitigasi risiko. "Kita tidak perlu panik. Kita tidak perlu takut. Tapi kita paham mitigasi terhadap tsunami," ujarnya dilansir dari Antara di Sleman, Jumat (14/3).

Baca Juga: 10 Ekor Kambing Raib Dicuri dalam Sepekan, Polres Kulon Progo Imbau Masyarakat Waspada

Ia menjelaskan DIY berada di zona subduksi atau penunjaman sepanjang 150-200 km, tempat pertemuan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia yang membentuk zona megathrust dan berpotensi memicu gempa bumi besar. Kulon Progo bagian selatan, katanya, masuk zona merah tsunami lantaran lokasinya dekat dengan Samudra Hindia dan berada di wilayah terdampak oleh aktivitas zona subduksi itu.

Berdasarkan pemetaan Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), skenario terburuk bisa mencapai Magnitudo 8,7 dan berpotensi menimbulkan tsunami di wilayah selatan, termasuk Kulon Progo.

"Dari sejarahnya, tsunami pernah terjadi di wilayah ini pada tahun 1840 dan menyebabkan korban jiwa. Oleh karena itu, kita harus belajar dari sejarah," ujarnya.

Baca Juga: Pemkab Bantul Programkan Tiap Kecamatan Miliki Lintasan Joging

Namun, ia menegaskan bahwa gempa tidak bisa diprediksi kapan terjadi sehingga masyarakat harus memahami langkah-langkah mitigasi, termasuk mengikuti informasi dari BMKG.

"Golden time kita kurang lebih hanya 10 menit setelah gempa terjadi. Jadi, kita harus siap, bukan takut," terangnya.

Sebagai langkah antisipasi selama periode mudik Lebaran 2025, sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyarankan penerapan skema buka tutup lalu lintas di jalan lintas bawah jalur lintas selatan Kulon Progo. Hal itu, bertujuan mengurangi kepadatan kendaraan dan mempermudah evakuasi manakala terjadi tsunami.

Baca Juga: Tujuh Pertandingan Tersisa Lawan Klub Raksasa, PSS Sleman dalam Zona Bahaya

Meski begitu, BMKG menekankan pentingnya masyarakat memahami perbedaan antara potensi dan prediksi.

Ardhianto menjelaskan prediksi selalu memiliki skala waktu yang jelas, layaknya prakiraan cuaca harian atau mingguan, sedangkan potensi tidak memiliki kepastian waktu kapan terjadi.

"Tsunami di Kulon Progo adalah potensi, bukan prediksi. Tidak bisa dipastikan kapan terjadi, tapi kita tahu ada kemungkinan. Itulah kenapa mitigasi sangat penting," katanya.

Halaman:

Tags

Terkini