HARIAN MERAPI - Peluang kerja masih terbuka luas bagi generasi muda yang ingin bekerja di Bulog. Bahkan masih banyak spot yang bisa diisi di Bulog.
"Kita punya jaringan usaha yang luas, karena Bulog sudah bertransformasi dan berinovasi," ujar Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita saat menjadi pembicara dalam kegiatan Srikandi Goes to School di IPB Dramaga Bogor, Selasa (29/8/2023).
Febby menuturkan Bulog yang salah satunya berkonsentrasi dalam ketahanan pangan beras, kini telah memiliki ragam aktivitas usaha yang melayani petani dan masyarakat.
Baca Juga: Kumpulan cerita lucu dan kisah nyata pak kyai gagal ceramah dan keris dari kayu disita panitia
Selain itu, sejalan dengan tujuan Srikandi dalam mengemban kesetaraan jender dalam mengembangkan talenta perempuan dan laki-laki, telah ada sekitar 846 orang pegawai perempuan atau 20 persen dari jumlah pegawai yang mencapai 4.232 orang.
Karyawan tersebut tersebar pada jaringan usaha Bulog, mulai dari 10 lokasi produksi beras dalam hal ini penggilingan beras, 1.683 unit gudang berisi lebih kurang 4 juta ton pangan, tujuh unit kantor distribusi, dua unit pabrik pengeringan jagung, 26 unit kantor wilayah, 101 kantor cabang dan 31 unit kantor cabang pembantu.
Febby menyampaikan dengan inovasi dan tuntutan transformasi dari pemerintah melalui Kementerian BUMN, maka Bulog memerlukan talenta muda bidang teknologi pangan, pertanian dan lain-lain untuk menjalankan fungsi menjaga ketahanan pangan Indonesia.
Baca Juga: Daftar 24 pemain timnas yang dipanggil untuk FIFA Match Day melawan Turkmenistan
Saat ini tercatat kebutuhan konsumsi sebanyak 31 juta ton beras per tahun dan harga di pasar sedang tinggi di angka Rp13 ribu hingga Rp14 ribu per kilogram di pasar, bahkan RP19 ribu per kilogram di Pasar Klender dan Pasar Rawamangun Jakarta.
Maka peran Bulog, segera turun membantu menjual beras cadangan perintah seharga Rp9.450 per liter.
"Kalau dulu Bulog identik dengan beras yang kurang bagus, teman-teman sekarang bisa bergabung, melihat, menambah inovasi, bahwa kini sudah ada teknologi membuat beras jelek menjadi berkualitas, belum lagi distribusi, banyak ruang yang bisa diisi oleh anak-anak muda," katanya.(*)