HARIAN MERAPI - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mengimbau masyarakat khususnya di kawasan Bukit Menoreh, untuk berhemat air bersih guna mengantisipasi krisis air karena diprediksi puncak kemarau terjadi pada Agustus-September 2023.
Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Joko Satya Agus Nahrowi di Kulon Progo, Selasa (1/8/2023), mengatakan wilayah terdampak kekeringan sebagai dampak El Nino belum begitu terlihat di Kulon Progo.
"Namun demikian kami tetap mengimbau kepada masyarakat untuk tetap berhemat air dan mengantisipasi bahaya kebakaran," kata Joko Satya.
Baca Juga: Pakai Danais Rp 1,5 Miliar, Kulon Progo Pasang Jaringan Internet di 15 Kelurahan
Ia mengatakan BPBD Kulon Progo berusaha melayani masyarakat yang memerlukan air bersih melalui APBD. Kalau sudah masif, kata dia, maka menggunakan tanggap darurat dengan dana Biaya Tidak Terduga (BTT).
"Kami melalukan koordinasi dengan DPUPKP (Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Pemukiman) Kulon Progo terkait pengembangan jaringan air bersih. Hal ini untuk mengantisipasi kekurangan air bersih," katanya.
Joko mengatakan saat ini baru tiga lokasi yang didistribusikan air bersih, yakni SD Jatiroto, masyarakat Kalipetir Lor Desa Margosari, dan Ngargosari di lokasi TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa).
Baca Juga: Memperpanjang SIM di Bantul sekarang mudah, lebih singkat dan tanpa turun dari kendaraan
"Jumlah permintaan air bersih dari masyarakat memang tidak banyak. Selain ada wilayah tertentu yang hujan, Pemkab Kulon Progo membangun PAM desa dan PAMSIMAS," katanya.
Lebih lanjut Joko Satya mengatakan pada 2023 Pemkab Kulon Progo menyiapkan anggaran biaya tidak terduga penanganan potensi bencana El Nino atau kemarau panjang sebesar Rp7 miliar.
Anggaran biaya tidak terduga ini digunakan secara keseluruhan baik untuk distribusi air bersih dan kegiatan penanganan kebencanaan lainnya selama 2023.
"Anggaran secara spesifik untuk penanganan potensi bencana El Nino tidak ada. Namun pada 2023 ini Pemkab Kulon Progo menyiapkan BTT sebesar Rp7 miliar," kata Joko Satyo. *