Jangan khawatir terhadap gelombang panas, BMKG : Indonesia memiliki lautan yang luas

photo author
- Selasa, 18 Juli 2023 | 22:00 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati ditemui Kantor Pusat BMKG Jakarta, Selasa (18/7/2023).  (ANTARA/Devi Nindy)
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati ditemui Kantor Pusat BMKG Jakarta, Selasa (18/7/2023). (ANTARA/Devi Nindy)

HARIAN MERAPI - Meski sejumlah negara mengalami gelombang panas, namun negara kepulauan seperti Indonesia tidak terdampak, karena memiliki lautan yang luas.

Hal itu ditegaskan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Selasa (18/7/2023).

Dwikorita mengatakan, gelombang panas terjadi indikasi yang menurut Badan Meteorologi Dunia apabila selama lima hari berturut turut terjadi kenaikan suhu yang cukup signifikan.

Baca Juga: Sultan HB X bersikap tegas dalam kasus mafia tanah kas desa. Krido tidak akan diberi bantuan hukum

BMKG menetapkan signifikan tersebut apabila suhu rata-rata harian atau suhu saat dinyatakan panas melampaui lima derajat, lebih tinggi daripada rata-rata suhu harian selama 30 tahun terakhir.

Misalnya jika suhu rata-rata menunjukkan 35 derajat Celcius. Namun dalam lima hari berturut-turut, suhunya mencapai 40 derajat, sudah dapat dikatakan mengalami gelombang panas.

Di negara kepulauan seperti Indonesia, hal tersebut belum pernah terjadi, karena lautnya lebih luas daripada benua. Sehingga negara-negara yang mengeluarkan peringatan dini gelombang panas adalah yang terletak di benua dengan daratan yang luas dan lautan yang lebih sempit, atau tidak memiliki laut sama sekali.

Baca Juga: Harga daging ayam dan telur di Sukoharjo masih tinggi, padahal Lebaran sudah lewat

“Di situ potensi terbentuknya gelombang panas ini tinggi, tapi kalau di Indonesia kita banyak lautnya. Laut itu berperan sebagai radiator pendingin, jadi kalau ada kenaikan suhu ada cooler-nya, lautan itu,” ujar Dwikorita.

Sehingga menurut pengamatannya hingga saat ini dari data belum menunjukkan adanya indikasi Indonesia akan mengalami atau terdampak dari gelombang panas.

“Jadi aliran udara di negara-negara benua, menjadi tidak bisa selancar kalau ada di wilayah Indonesia, karena ada perbedaan laut dan daratan ada perbedaan tekanan, lalu sirkulasi udara atau angin. Kalau ada sirkulasi, suhu yang tinggi itu akan bisa secara gradual akan turun,’’ ujar dia.(*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X