Uya menekankan, kedua anaknya sudah terbiasa mandiri sejak remaja.
“Cinta dari SMP kelas 3, Nino dari kelas 2 SMP tidak dapat uang jajan sepeserpun dari saya, karena mereka dapat penghasilan sendiri dan cukup besar dari Youtube dan syuting TV,” jelasnya.
Rekan seprofesi dengan Raffi Ahmad itu menambahkan, barang-barang yang dijarah bukan sekadar miliknya, melainkan hasil kerja keras anak-anaknya.
“Jadi, yang kalian ambil hak-hak anak saya dari kerja keras mereka,” tegas Uya.
Baca Juga: Anggota DPR: Penutupan sementara SPPG bermasalah langkah tepat, tapi bukan solusi akhir
Luka yang Tak Mudah Pulih
Setelah lewat dari satu bulan insiden penjarahan itu terjadi, rumah Uya Kuya tak ubahnya saksi bisu dari gelombang kemarahan para oknum massa yang tak terkendali pada akhir Agustus 2025 lalu.
Lebih dari sekadar kerugian finansial, Uya bahkan mengakui pengalaman ini meninggalkan luka psikologis yang sulit disembuhkan.
Baca Juga: Prabowo tegaskan tidak dendam kepada Anies Baswedan meski dikasih skor 11 saat debat Capres
Di sisi lain, Uya dan Astrid berharap agar peristiwa ini menjadi pengingat aksi demonstrasi seharusnya tidak berubah menjadi ajang perusakan dan penjarahan yang merugikan masyarakat. *