Selain soto dan nasi pecel, nasi (sego) dan jadah bakar belum tentu pula disediakan di angkringan lain. Makanan, baik sego maupun jadah bakar dibungkus menggunakan daun pisang.
Hanya saja untuk jadah bakar, bungkus daunnya tidak full, sehingga sebagian jadah bakarnya terlihat. Saat menikmati jadah bakar, ada yang senang memilih minumannya jenis kopi hitam.
“Lauk untuk makan jadah bakar bisa memilih di meja prasmanan, antara lain ada tempe, tahu, sate sosis telur, sempol ayam, gorengan dan lainnya,” terang Ismani.
Salah satu pembeli, Kusdiyanto bersama istrinya Eni Marwanti dan dua anaknya antara lain memilih menu beberapa jenis nasi kucing, soto, kopi, sate-satean dan gorengan.
Baca Juga: Penuhi undangan Bareskrim Polri, Jokowi diminta klarifikasi ijazahnya
“Kami senang datang ke lokasi angkringan. Cita rasa masakan dan minumannya cocok, harganya juga terjangkau. Kalau beberapa jenis nasi seperti nasi gudeg sudah biasa, karena istri saya jualan gudeg di Ngawen Godean,” seloroh Kusdi.
Lelaki yang bekerja di pabrik penyamakan kulit kawasan Bantul ini menambahkan, pada 1997 silam pernah mempunyai usaha angkringan dengan modal patungan beberapa teman.
Namun, seiring perjalanan waktu, angkringan yang dikelola bersama beberapa rekannya tersebut tak berlanjut. Meski demikian bisa diperoleh banyak pengalaman dan hikmah.*