Kyai Pahing mubaligh di kaki Gunung Sumbing daerah Tembarak Temanggung cucu Sunan Kalijaga

photo author
- Sabtu, 28 Desember 2024 | 17:30 WIB
Pengajian Akbar Haul ke 12 Kyai Pahing (MERAPI-AMAT SUKANDAR)
Pengajian Akbar Haul ke 12 Kyai Pahing (MERAPI-AMAT SUKANDAR)

HARIAN MERAPI - Haul XII Simbah Kyai Pahing telah dilaksanakan pada hari Ahad Pon, tanggal 13 Oktober 2024 M yang lalu dengan menggelar pengajian akbar dengan pembicara KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf), pimpinan Pondok Pesantren Tegalrejo Magelang.

Gus Yusuf mengatakan, berziarah dengan mengirim atau menghaturkan doa-doa di makam para wali, syuhada atau pun pejuang-pejuang pembela Islam tidak berarti meminta kepada ahli kubur untuk dikabulkan doanya.

Tetapi memohon wasilah dari para kekasih Allah tersebut, sebagai perantara agar doanya dikabulkan Allah SWT. Acara ini dibarengi dengan Selapanan Fatayat – Muslimat NU desa Menggoro.

Baca Juga: Launching ICoSI dan UMYGrace 2025, Regional CEO BRI DIY kagumi lagu Sang Surya karya Djarnawi Hadikoesoemo

Simbah Kyai Pahing, yang nama aslinya Kyai Abdul Kholiq atau Raden Mas Wiryo Kusumo adalah seorang mubaligh di kaki Gunung Sumbing daerah Tembarak Kabupaten Temanggung.

Dia putera Panembahan Bodo atau Raden Trenggono (bukan Sultan Trenggono) dan ibunya Nyai Brintik, anak putri Sunan Kalijaga.

Pada tahun 1786, dalam perjalanan syiar agama Islam di daerah Temanggung, dia menetap di sebuah desa yang kini bernama Menggoro, wilayah Kecamatan Tembarak. Sebuah desa yang subur di kaki Gunung Sumbing sisi timur.

Dalam menyebarkan agama Islam, dia hidup di tengah masyarakat yang kala itu memeluk agama Hindu, yang juga masih ada yang menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

Baca Juga: Di Jawa Tengah, setiap 51 menit terjadi tindak kejahatan

Keadaan inilah yang menarik dan menjadi tantangan bagi Kyai Abdul Kholiq untuk menyebarkan agama Islam di daerah ini.

Kala itu dia menjadi takmir masjid peninggalan ayahandanya. Sisa-sisa bangunan candi Hindu berupa arca Nandi dan batu-batu candi yang ditemukan di desa ini, kini diletakkan di bawah tangga naik ke masjid Menggoro.

Kala itu, cara Kyai Abdul Kholiq mengundang masyarakat dengan memukul kentongan, agar mereka berkumpul di sebuah tempat.

Setelah banyak warga masyarakat yang datang dan berkumpul, mereka diajak Kyai Abdul Kholiq untuk masuk ke sebuah masjid.

Baca Juga: Selama periode transaksi 23-24 Desember 2024, modal asing keluar bersih dari RI capai Rp4,31 triliun

Tetapi, sebelum memasuki masjid, warga masyarakat itu dituntun mengucapkan dua kalimat Syahadat dan diberi pemahaman maknanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X