Ngopi, Antara Gaya Hidup dan Ancaman Kelestarian Lingkungan

photo author
- Kamis, 19 Agustus 2021 | 15:22 WIB
Ilustrasi gelas kertas untuk kopi. ( (pixabay))
Ilustrasi gelas kertas untuk kopi. ( (pixabay))

JAKARTA, harianmerapi.com - Salah satu tren gaya hidup masa kini yang semakin banyak peminatnya adalah ngopi. Hal ini tercermin dari semakin maraknya coffee shop yang berlomba-lomba menawarkan berbagai jenis minuman kopi.

Di balik fenomena ini, ternyata terdapat ancaman bagi kelestarian lingkungan. Hal ini terkait dengan penggunaan kemasan plastik yang digunakan sebagai wadah makanan dan minuman.

Sampah kemasan yang terbuat dari plastik merupakan sampah yang banyak dihasilkan oleh manusia dan berpotensi mengganggu kelestarian lingkungan.

World Economic Forum 2020 memperkirakan jumlah sampah plastik akan membengkak dari 260 juta ton menjadi 460 juta ton per tahun pada tahun 2030.

Untuk menekan penggunaan kemasan plastik, salah satu bahan alternatif yang dipilih adalah kertas. Sayangnya, kertas kemasan makanan dan minuman yang saat ini banyak digunakan seringkali mengandung lapisan plastik di bagian dalamnya yang berfungsi untuk menahan air ataupun cairan agar tidak tembus ke kertas.

Proses pemisahan kertas dari lapisan plastik memiliki tingkat kesulitan tinggi, karenanya hal ini justru dapat menjadi ancaman lain bagi kelangsungan lingkungan. Dengan semakin meningkatnya tren ngopi di kalangan kaum muda Indonesia, bukan tidak mungkin, penggunaan gelas kertas yang berlapis plastik akan turut meningkat ke depannya.

Baca Juga: Ayu Ting Ting Selamati Rizky Billar dan Lesty Kejora, Netizen Doakan Segera Nyusul

United Nation Environment Program (UNEP) memprediksi pada tahun 2050 akan ada lebih banyak plastik di lautan daripada jumlah ikan. Kebanyakan plastik tidak dapat terurai secara hayati, ujar Founder The Earthkeeper Indonesia Teguh Handoko dalam diskusi virtual, Kamis.

Dibutuhkan lebih dari 400 tahun untuk plastik terdegradasi, dan itu pun sebenarnya tidak pernah sepenuhnya terdegradasi, melainkan menjadi potongan-potongan kecil yang akhirnya dapat mengkontaminasi kehidupan laut dan membahayakan manusia.

Tingginya jumlah sampah plastik tak terlepas dari gaya hidup masyarakat yang menggunakan plastik untuk mengemas makanan dan minuman.

"Salah satu industri yang banyak menggunakan kemasan plastik adalah coffee shop. Memang tak semua makanan dan minuman dikemas atau disajikan dalam kemasan plastik, ada juga yang dikemas menggunakan wadah atau gelas kertas. Akan tetapi, kebanyakan gelas kertas yang beredar di Indonesia saat ini masih menggunakan lapisan plastik,” ujar Teguh.

Jajak pendapat yang digelar oleh The Earthkeeper Indonesia terhadap penikmat kopi di Jakarta menunjukkan bahwa 6 dari 10 orang partisipan mengaku mengunjungi coffee shop kesayangannya sedikitnya sekali dalam seminggu untuk menikmati kopi.

Baca Juga: Ada Perbedaan BSU 2021 dengan Tahun Lalu, Simak Paparan Sekjen Kemenaker

Dalam seminggu, mayoritas partisipan pun mengaku menggunakan atau menyumbang setidaknya 1 hingga 2 sampah gelas plastik saat membeli es kopi kesukaannya. Kebanyakan dari mereka mengaku tidak memilah antara sampah organik dan non-organik saat membuang kemasan kopinya dikarenakan tidak mengetahui mengenai prosedur membuang sampah yang baik dan benar.

Sementara itu, di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi gelas kertas sebesar 3 hingga lima persen dengan tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi di kawasan Asia Pasifik. Sayangnya lebih dari 320 miliar cangkir kertas yang diproduksi di seluruh dunia setiap tahunnya, kurang dari 1 persen yang berhasil didaur ulang karena sulitnya proses pemisahan kertas dengan lapisan plastik yang menempel pada gelas kertas.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X