Baca Juga: Meski kasus Covid-19 bertambah, Ketua Satgas IDI: belum perlu naikkan level PPKM
Saat masa produktif bagus, sekitar 95 persen itik-itik di kandangnya rutin bertelur. Lain halnya jika yang bertelur tinggal sekitar 25 persen, maka perlu segera diapkir, agar tak rugi dalam pembelian pakan.
“Telur-telur itik tak perlu saya bawa ke pasar, sudah ada yang rutin mengambil ke rumah,” tandasnya.
Ditambahkan Rumpoko, ide memelihara itik petelur, sebab ketika tergabung dalam Formed Police Unit (FPU) Misi Perdamaian PBB di Republik Afrika Tengah, beberapa tahun lalu, ia dan sejumlah teman membeli entog untuk disembelih.
Sebelum disembelih dipelihara beberapa hari dahulu, dan ternyata rutin bertelur. Ia pun akhirnya berniat memelihara itik setelah selesai tugas FPU di Afrika Tengah.
“Kenapa tidak entog, karena di Indonesia kebutuhan telur entog tak sebanyak telur itik. Telur itik antara lain biasa untuk bahan membuat martabak, dicampurkan pada bakmi, tambahan jamu tradisional sampai dibuat telur asin,” bebernya.*