JAKARTA, harianmerapi.com - Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan endokrin dari Universitas Indonesia (UI), dr. Johanes Purwoto SpPD, K-EMD, FINASIM menyebutkan, tak semua benjolan di leher adalah kanker tiroid.
Ia mengatakan, 90 persen benjolan keras di depan leher memang tidak selalu ganas, tetapi bisa menyulitkan penderitanya bernapas dan menelan. Meski demikian pasien disarankan tetap konsultasi dokter .
"Benjolan itu menekan organ-organ di sekitar leher ada trakea atau jalan napas, sehingga sulit bernapas, menekan esofagus (kerongkongan) sehingga kalau makan rasanya tersumbat," katanya dalam dalam sebuah webinar, Kamis (30/9/2021).
Baca Juga: PN Bantul Pastikan Sidang Kasus Sate Sianida Digelar Tatap Muka
Hal ini menandakan tak semua yang menyebabkan seseorang sulit menelan dan bernapas menjadi pertanda kanker pada kelenjar tiroid.
Tiroid adalah organ atau kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak di bagian depan leher, tepat di bawah jakun (laring). Kelenjar tiroid, yang terdiri dari lobus kanan dan kiri memproduksi dan melepaskan hormon tiroid. Hormon ini mengontrol fungsi seperti suhu tubuh, pencernaan dan fungsi jantung.
Pemeriksaan USG leher bisa membantu dokter mengonfirmasi tumor pada tiroid merupakan nodul padat atau kista berisi cairan (risiko kanker lebih tinggi pada nodul padat), walau secara fisik tidak bisa membedakan tumor itu kanker atau bukan.
Baca Juga: Orang Banyumas Ciptakan Aplikasi Sedekah Daring iWarga, Langsung Diapresiasi Bupati
Tes ini juga memeriksa pertumbuhan nodul dan membantu menemukan nodul yang sulit dirasakan. Selain USG, dokter juga bisa menegakkan diagnosis nodul melalui tes kadar hormon tiroid.
"Hanya di bawah 10 persen yang kanker dari 50 persen orang yang kena benjolan tiroid," tutur Johanes.
Menurut Cleveland Clinic, nodul tiroid atau benjolan berkembang lebih sering pada mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan nodul dan pada orang yang tidak mendapatkan cukup yodium.
Baca Juga: Istri Bupati Hulu Sungai Utara Diperiksa KPK sebagai Saksi Kasus Korupsi Pengadaan Barang
Faktor risiko lainnya yakni bertambahnya usia, jenis kelamin wanita yang lebih mungkin mengembangkan nodul tiroid dan paparan radiasi pada kepala dan leher.
Dari faktor-faktor ini, ada risiko untuk mengembangkan nodul tiroid kanker antara lain riwayat keluarga dengan kanker tiroid, usia lebih muda dari 20 tahun dan lebih tua dari 70 tahun serta paparan radiasi.