Pengobatan asma dapat mencakup penggunaan inhaler untuk mengendalikan gejala asma dalam jangka panjang atau inhaler untuk meredakan gejala dengan cepat.
Dokter juga dapat meresepkan obat-obatan tambahan untuk mengontrol gejala alergi yang memicu serangan asma.
Di samping itu, perlu dilakukan manajemen lingkungan untuk menghindari pemicu asma seperti alergen atau iritan lingkungan serta penerapan gaya hidup sehat untuk membantu mengontrol gejala asma.
Siaran informasi Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa asma disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
Riwayat keluarga dengan asma dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami asma.
Jika salah satu atau kedua orang tua sakit asma, maka kemungkinan anaknya mengalami asma lebih tinggi.
Baca Juga: Sebanyak 38,1 Juta UMKM Gunakan QRIS pada Kuartal I 2025
Dokter Wahyuni menyampaikan bahwa riwayat alergi orang tua juga berhubungan dengan peluang anak mengalami asma.
Menurut dia, anak yang ayah atau ibunya punya riwayat alergi peluangnya mengalami asma 40 persen dan anak yang kedua orang tuanya punya riwayat alergi kemungkinannya mengalami asma bisa 60 persen sampai 80 persen.
Sedangkan anak yang keluarganya tidak punya riwayat alergi, ia menyampaikan, peluangnya mengalami asma sebesar 20 persen.
"Alergi tak harus selalu asma, tapi riwayat penyakit alergi lain juga harus ditanyakan pada keluarga khususnya ayah dan ibu," katanya.
Sedangkan faktor lingkungan yang dapat memicu asma antara lain polusi udara, paparan asap rokok, paparan bahan kimia tertentu, serta paparan alergen seperti serbuk sari, bulu binatang, debu, tungau, jamur, dan serbuk kayu.
Baca Juga: KA Harina tabrak truk di Semarang, sopir tewas, begini kronologinya
Asma juga dapat dipicu oleh infeksi virus atau bakteri pada saluran napas serta faktor lain seperti aktivitas fisik yang intens, kondisi cuaca ekstrem, stres, dan penggunaan obat-obatan tertentu.*