lifestyle

Inilah ciri-ciri dan bahaya orang yang alami 'doom spending'

Kamis, 10 Oktober 2024 | 22:00 WIB
Arsip Foto - Warga membuka situs belanja secara daring di Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/5/2024). (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

HARIAN MERAPI - Perilaku doom spending atau belanja berlebihan bisa membahayakan kalau segera tidak disadari dan diatasi.

Menurut psikolog Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D. dari Universitas Gadjah Mada, orang yang melakukan doom spending biasanya sedang stres, cemas, bosan, atau kesepian.

"Doom spending jika tidak disadari maka akan sangat berbahaya. Orang yang mengalami doom spending biasanya sedang mengalami stres, kecemasan, kebosanan, atau bahkan kesepian," katanya, seperti dilnsir Antara, Kamis (10/10/2024).

Orang yang berbelanja secara impulsif dan berlebihan, menurut dia, biasanya ingin mendapatkan kebahagiaan dengan mencari kesenangan atau kepuasan sementara.

Baca Juga: KPK Gercep Lakukan OTT di Lingkungan Pemprov Kalsel, Sebut Gubernur Sahbirin Noor Terlibat Dugaan Kasus Korupsi

Orang yang demikian mungkin menjadikan kesenangan dari perilaku yang demikian sebagai penutup rasa sakit atau masalah yang sedang dihadapi.

Namun, kondisi ini juga bisa membuat orang ingin terus melakukan tindakan-tindakan yang membuat mereka sedang dan merasakan kepuasan.

Oleh karena itu, Novi menyarankan orang yang terindikasi melakukan doom spending berusaha melatih diri untuk menemukan kebahagiaan dan ketenangan dengan cara yang sehat.

"Manusia yang bahagia bukan yang selalu senang, tapi yang punya kecerdasan memaknai dengan positif setiap peristiwa, baik senang ataupun sedih," katanya.

Baca Juga: Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Gelar Pameran Arsip 'Enam Bulan dan Sekian Pertemuan', Ini yang Dipamerkan dan Berlangsung Hingga Desember 2024

Novi menyampaikan bahwa kebahagiaan bisa hadir saat melakukan hal baru atau mempelajari hal baru. Pencapaian dalam melakukan aktivitas dan kegiatan pembelajaran baru bisa menghadirkan kebahagiaan.

Menurut dia, interaksi dan hubungan baik dengan keluarga dan teman serta kegiatan sosial juga bisa mendatangkan kebahagiaan.

Kesenangan dan kepuasan yang hadir secara alami melalui kegiatan-kegiatan semacam itu akan lebih bermakna.

"Jika manusia bisa menemukan kebahagiaan sejati dengan kesadaran diri maka ia tidak akan mencari kesenangan dengan cara mengejar kehedonan dengan dopamine hit," kata Novi.

Baca Juga: Begini cara masak ikan yang baik agar gizi tetap tinggi

Halaman:

Tags

Terkini