lifestyle

Ini pentingnya imunisasi untuk mencegah komplikasi penyakit lain, simak saran IDAI

Selasa, 19 Maret 2024 | 11:30 WIB
Ilustrasi - Petugas kesehatan memberikan imunisasi kepada balita saat pelayanan Posyandu di Kantor kelurahan Maliaro, Kota Ternate, Maluku Utara, Senin (18/3/2024). (ANTARA FOTO/Andri Saputra/YU)


HARIAN MERAPI - Imunisasi pada anak sangatlah penting guna mencegah komplikasi penyakit lain.


Karena itu, para orang tua disarankan untuk mengikutkan anaknya pada program imunisasi guna mencegah berbagai penyakit.


Imbauan tersebut disampaikan Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Hartono Gunadi dalam konferensi pers Pekan Imunisasi Sedunia yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin.

Baca Juga: Orang jajan di Kota Salatiga hasilkan pajak restoran Rp 13 miliar, Yasip: setahun perputaran Rp 130 miliar


Ia menyebut bahwa vaksin dapat membantu menghindarkan anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang membawa komplikasi.

Dia menyebut campak sebagai contoh. Campak menyebar lewat udara, dan satu anak dapat menginfeksi 12 hingga 18 orang lainnya. Adapun komplikasi dari campak adalah pneumonia, diare, encephalitis atau radang otak, kebutaan, bahkan infeksi telinga.

"Nah, komplikasi tadi diare dan pneumonia. Keduanya itu merupakan penyebab kematian bayi. Ini merupakan hal yang bisa kita cegah dengan imunisasi," kata dr Hartono .

Baca Juga: Penutupan Tanggul Sungai Wulan Diperkirakan Butuh Waktu Sepekan

Dia menjelaskan juga, radang otak komplikasinya adalah gangguan kognitif yang dapat membuat anak kesulitan belajar, lemah, lumpuh, epilepsi, bahkan hidrosefalus.

Contoh lain yang dia berikan adalah difteri, di mana terdapat sejumlah 103 kejadian luar biasa (KLB) di 19 provinsi pada 2023.

Dia menyebutkan bahwa pada penderita difteri, ada selaput yang menutup saluran nafas, dan gejala-gejala difteri berupa demam, sakit kepala, serta kesulitan bernafas. Selaput tersebut, katanya, tidak bisa sembarangan dibuang, karena disentuh saja sudah berdarah.

"Bagaimana kalau dia tersumbat saluran nafasnya? Jadi harus dibolongin di sini, namanya tracheostomy," katanya.

Dia menyebut, komplikasi akibat difteri termasuk penyakit jantung, gangguan ginjal, serta gangguan syaraf. Selain itu, dia mengatakan, angka mortalitas difteri adalah lima hingga 10 persen.

Baca Juga: Kasus Satu Keluarga Bunuh Diri Lompat dari Lantai 22 Apartemen di Jakarta Utara, Polisi Ungkap Fakta Baru

"Kalau tidak diobatin, mortalitasnya 50 persen meninggal. Pengobatannya tentu perlu antibiotik dan serum. Antidifteri serum. Antidifteri serum ini tidak diproduksi di Indonesia. Harus diimpor," katanya.

Halaman:

Tags

Terkini