Kenali gejala anemia pada anak, bila terlambat tangani bisa pengaruhi ini

photo author
- Jumat, 28 November 2025 | 12:00 WIB
Ilustrasi sejumlah siswa bersemangat untuk melakukan kegiatan senam bersama guna meningkatkan kesehatan tubuh.  (ANTARA/HO-Sarihusada)
Ilustrasi sejumlah siswa bersemangat untuk melakukan kegiatan senam bersama guna meningkatkan kesehatan tubuh. (ANTARA/HO-Sarihusada)


HARIAN MERAPI - Para orang tua harus mengenali gejala anemia pada anak, sehingga dapat mengambil Langkah yang tepat.


Ini penting, mengingat anemia dapat mempengaruhi perkembangan saraf dan otak anak.


Dokter Spesialis Anak lulusan Universitas Gadjah Mada dr. Devie Kristiani, Sp.A mengatakan terdapat sejumlah gejala Anemia Defisiensi Besi (ADB) yang seringkali tidak disadari orang tua dan dapat memengaruhi perkembangan saraf dan otak anak.

Baca Juga: Warga Terdampak Bencana di Magelang Terima Bantuan Kemanusiaan

“Anemia defisiensi besi bukan sekadar masalah kurang darah. Kondisi ini berdampak langsung pada perkembangan saraf dan otak," kata Devie dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Wanita yang kini praktik di RS Bethesda Yogyakarta itu menjelaskan gejala anemia pada anak dapat dilihat dari wajah yang tampak pucat, mudah lelah, lesu, atau kurang aktif.

Gejala lain yang perlu diwaspadai meliputi berat badan sulit naik, pertumbuhan terlambat, penurunan nafsu makan, hingga kebiasaan memakan benda bukan makanan seperti tanah atau es batu (pica).

Baca Juga: Klasemen Liga Europa: Lyon Rebut Posisi Puncak

Penyebabnya pun beraneka macam seperti asupan makanan yang rendah zat besi, penyerapan zat besi yang tidak optimal, atau kehilangan darah akibat infeksi kronis.

Beberapa kelompok anak memiliki risiko lebih tinggi, seperti bayi prematur, anak dengan ibu yang mengalami anemia selama kehamilan, serta anak yang mengonsumsi Makanan Pendamping ASI (MPASI) rendah zat besi.

Faktor gaya hidup juga turut berkontribusi. Konsumsi teh, kopi, atau coklat dapat menghambat penyerapan zat besi di usus. Sebaliknya, penyerapan dapat ditingkatkan melalui konsumsi vitamin C dan susu pertumbuhan yang difortifikasi zat besi.

Mengutip sebuah studi, Devie mengingatkan bahwa anak yang terkena ADB berisiko memiliki skor kognitif, kemampuan psikomotor, serta konsentrasi yang lebih rendah dibanding anak dengan kadar zat besi yang cukup.

Hal ini berpengaruh pada kesiapan mereka belajar di sekolah dan performa akademik dalam jangka panjang.

Maka dari itu, dibutuhkan tindakan preventif dimulai dari rutin melakukan pengecekan status kecukupan zat besi dengan skrining atau deteksi dini dan mencukupi kebutuhan nutrisi yang kaya akan zat besi.

Baca Juga: Aceh Darurat Bencana Hidrometeorologi, 22 Meninggal dan 20.759 Orang Mengungsi

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X