Waspada, jika alami sakit kepala seperti disambar petir, jangan-jangan karena penyakit ini

photo author
- Jumat, 17 Oktober 2025 | 12:00 WIB
Ilustrasi - Serangan migrain pada perempuan.  (Pexels/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi - Serangan migrain pada perempuan. (Pexels/Andrea Piacquadio)



HARIAN MERAPI - Pernahkah Anda mengalami sakit kepala seperti tersambar petir ?


Jika itu terjadi, harus waspada, jangan-jangan ada penyakit serius.


Dokter spesialis syaraf lulusan Universitas Indonesia dr. Zicky Yombana, Sp.S menyatakan sakit kepala yang terasa seperti tersambar petir merupakan salah satu kondisi yang patut diwaspadai.

Baca Juga: KPK Serahkan Aset Rampasan Rp11 Miliar ke Pemda DIY Berupa Tanah, Bangunan hingga Jet Ski

Migrain atau sakit kepala seperti apa yang harus diwaspadai sebagai pertanda penyakit serius? Jadi sakit kepalanya muncul tiba-tiba terus hebat banget, bisa dibilang namanya thunderclap headache atau sakit kepala seperti tersambar gledek itu harus diwaspadai,” kata Zicky kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Zicky menyampaikan thunderclap headache merupakan salah satu jenis dari sakit kepala sekunder yang dapat diakibatkan oleh pendarahan di otak karena ada infeksi di organ tersebut maupun selaput otak.

Pendarahan juga dapat disebabkan oleh adanya meningitis atau tumor.

“Intinya mudah, kalau sakit kepalanya satu dua kali hilang itu masih oke, tapi kalau lebih dari dua kali terus hilang-hilang dan cenderung (sakitnya) bertambah, itu jangan-jangan (kondisi serius) dan patut diwaspadai,” katanya.

Selain itu, ia juga mengimbau pada masyarakat untuk berhati-hati pada sakit kepala yang sering menyebabkan terbangun ketika tidur, disertai dengan kejang, pandangan kabur, demam tinggi sampai dengan terjadi pelemahan di salah satu sisi bagian tubuh.

Baca Juga: Ramalan zodiak cinta dan karir Libra besok Sabtu 18 Oktober 2025, hari yang luar biasa bagi Anda!

Zicky menyebut obat sakit kepala yang digunakan sebagai anti nyeri (pain killer) sebetulnya cukup efektif untuk meredakan serangan sakit kepala atau migrain sebagai terapi abortif. Cara lain yang dapat dilakukan yakni menggunakan kompres dingin di daerah sekitar area yang menyebabkan sakit kepala misalnya dahi atau leher.

Pengompresan akan lebih baik jika dilakukan di ruangan yang tenang dan sedikit terkena cahaya. Namun jika kejadiannya terlalu sering, dokter yang melangsungkan praktik di Rumah Sakit Brawijaya itu menyarankan penderita untuk segera menemui dokter di rumah sakit untuk mencegah perburukan.

“Kita mungkin bukan hanya perlu obat terapi abortif atau menghilangkan nyeri tapi juga lebih memerlukan obat untuk preventif atau pencegahan Itu nanti bisa dilihat dari pola migrain tersebut,” katanya.*

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X