Masyarakat diimbau tidak curhat dengan AI, ini alasannya menurut psikolog

photo author
- Selasa, 14 Oktober 2025 | 10:30 WIB
Ilustrasi - Seseorang tengah curhat dengan aplikasi AI pada ponsel pintarnya.  (ANTARA/Ahmad Rifandi.)
Ilustrasi - Seseorang tengah curhat dengan aplikasi AI pada ponsel pintarnya. (ANTARA/Ahmad Rifandi.)

HARIAN MERAPI - Hari-hari belakangan ini masyarakat tidak bisa dilepaskan dari penggunaan kecerdasan buatan atau AI.


Namun psikolog mengingatkan agar masyarakat jangan curhat dengan AI, mengapa ?


Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim M.Psi., mengingatkan masyarakat untuk tidak curhat ataupun konsultasi terkait permasalahan hati maupun kepribadian dengan perangkat kecerdasan buatan atau AI.

Baca Juga: Profesor Arkeologi Dunia Asal Prancis Francois Semah Bertemu Wali Kota Salatiga, Ini yang Dibahas

“Apa yang diungkapkan oleh AI mungkin betul, tapi apakah itu bisa suitable atau cocok untuk situasi kondisi orang ini saat ini, itu yang mesti dipertanyakan lebih lanjut. Kalau kaitannya dengan sesuatu misalnya masalah hati, kepribadian, ada baiknya untuk tidak selalu dengan AI konsultasinya,” kata psikolog yang disapa Romi ini ketika dihubungi ANTARA, Senin.

Menurut dia, jawaban AI nanti bisa saja menjadi standar antara satu orang dengan orang lain karena bersandar pada pangkalan data yang sama memungkinkan akan keluar informasinya sama.

Romi mengatakan AI memang bisa mengumpulkan data-data untuk menjawab atas permasalahan kita. Namun, jika masalahnya menyangkut hal spesifik tentang kepribadian atau masalah tertentu yang sebenarnya tidak bisa dijelaskan lewat data, maka hasilnya akan menjadi kurang tepat jawabannya karena tidak melihat situasi kondisi atau keadaan orang tersebut.

"Bagaimana dia meresponsnya, beradaptasi dengan masalahnya, bagaimana dia juga kemudian mencari jalan keluar dari masalahnya. Hal itu kan kalau kita konsultasi ke seseorang manusia, maka kemungkinan akan dipertimbangkan hal-hal yang lain,” jelas dia.

Baca Juga: Temuan Peneliti UII Ungkap Fakta Mengejutkan: Hujan di Yogyakarta Mengandung Mikroplastik

Romi mengatakan saat berkonsultasi dengan manusia justru ada hal-hal lain yang kemudian menjadi bagian pertimbangan, tidak hanya berdasarkan data otentik tentang permasalahannya saja.

Menurut dia, orang mungkin merasa lebih aman berbicara atau curhat dengan AI karena merasa menganggapnya bukan manusia. Tak ada rasa takut dihakimi atau rahasianya disebarkan, sebab berpikir AI hanyalah mesin.

Romi mengatakan jika seseorang merasa tidak punya teman dekat, sebaiknya jangan ragu berkonsultasi dengan psikolog karena hal itu bukan berarti dirinya memiliki masalah gangguan jiwa.

Meski curhat dengan teman dekat memang biasanya lebih nyaman karena sudah saling paham. Namun, lanjut Romi, teman yang terlalu memahami kita kadang memberikan saran belum tentu sesuatu yang objektif, tapi berdasarkan pendirian-pendirian tertentu.

Sebaliknya, seorang profesional atau orang dalam kepakarannya akan menjadi lebih objektif dalam memberikan informasi maupun saran.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X