Tahukah Anda konsep Washed untuk mengentaskan kecacingan ? Begini penjelasan dokter

photo author
- Minggu, 24 Agustus 2025 | 09:30 WIB
Ilustrasi - Pemasangan tangki septik atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Pondok Labu untuk mewujudkan Jakarta Selatan sebagai kawasan bebas BAB sembarangan, Jakarta, Selasa (18/3/2025).  (ANTARA/Luthfia Miranda Putri)
Ilustrasi - Pemasangan tangki septik atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Pondok Labu untuk mewujudkan Jakarta Selatan sebagai kawasan bebas BAB sembarangan, Jakarta, Selasa (18/3/2025). (ANTARA/Luthfia Miranda Putri)

Maka dari itu, peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 15 tahun 2017 tentang Penanggulangan Kecacingan dirancang dengan berfokus menargetkan kelompok usia 1-12 tahun yang tergolong dalam kelompok rentan kecacingan.

Tujuan aturan itu hadir untuk mengurangi dan menurunkan angka kejadian kecacingan pada anak usia prasekolah dan usia sekolah sebesar 10 persen secara bertahap dan menurunkan prevalensinya sampai di bawah 10 persen di setiap kabupaten/kota di Indonesia.

Salah satu program nasional yang dijalankan berdasarkan aturan itu ialah Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Kecacingan yang dilakukan di bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya untuk anak usia 1-12 tahun.

Meski begitu setelah dijalankan ternyata pengentasan kecacingan masih menghadapi tantangan, karena pada 2021 Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa sebanyak 66 kabupaten dan kota yang memiliki prevalensi kecacingan di bawah 5 persen.

Namun ada 26 kabupaten dan kota yang masih memiliki prevalensi cacingan di atas 10 persen bahkan setelah program itu dijalankan selama empat tahun pada periode 2017 hingga 2021.

Baca Juga: Ramalan zodiak Capricorn berlaku sepekan mulai Minggu 24 Agustus 2025, menekankan tujuan jangka panjang dan tanggung jawab karier Anda

Dari kondisi tersebut, dokter Riyadi menyarankan kolaborasi antarpemangku kepentingan dalam penanganan kecacingan perlu digalakkan kembali agar konsep WASHED dan program pengentasan kecacingan nasional bisa kembali berjalan optimal.

Apalagi mengingat kecacingan sebagai penyakit yang sering terabaikan atau dikenal dengan istilah Neglected Tropical Disease (NTD), penguatan kolaborasi untuk pengentasan kecacingan perlu dijaga.

"Jadi yang bisa saya sampaikan adalah bahwa penanganan kecacingan perlu peran aktif lintas sektoral. Kepatuhan partisipasi aktif, program pemerintah, khususnya pencegahan pertumbuhan infeksi, harus menjadi prioritas di masyarakat," katanya.

Hal itu juga tentunya harus dibarengi dengan peningkatan edukasi kepada masyarakat akan PHBS dan juga peningkatan SDM maupun sarana untuk mendeteksi kemungkinan kecacingan sebagai faktor lain yang juga dapat berfungsi signifikan menekan risiko infeksi kecacingan.

Secara global kasus kecacingan merupakan kondisi yang awam ditemukan, menurut data WHO pada 2023 kecacingan dialami oleh sebanyak 1,5 miliar orang.

Baca Juga: Cerita misteri pohon punden mistik 3, sosok macan putih itu lari seperti kilat dan menghilang

Dari jumlah tersebut, kasus kecacingan yang paling menginfeksi orang-orang terjadi akibat kelompok cacing yang siklus hidupnya melalui tanah dan cara penularannya melalui tanah yaitu cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing isap.

Terbaru kasus kecacingan di Indonesia yang mengegerkan terjadi di Sukabumi saat seorang anak berusia 4 tahun berinisial RY meninggal dunia pada 22 Juli 2025. Selama perawatan, tim medis menemukan cacing hidup hingga seberat satu kilogram dari dalam tubuhnya, bahkan menyebar ke otak.*

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X