Caranya yakni dengan membuat kesepakatan bersama anak. Bisa dengan menyetujui waktu bermain gim adalah setelah menyelesaikan tugas sekolah atau bermain di luar jam sekolah dan akhir pekan. Pastikan juga ada waktu untuk aktivitas fisik dan interaksi sosial offline.
Ia menekankan peran dari orang tua dalam membuat kesepakatan bukan hanya untuk sekadar mengawasi, tetapi juga memahami dunia anak agar tercipta kepercayaan dan keseimbangan.
Di samping itu, orang tua juga bisa memantau komunitas dan tim tempat anak bermain, karena banyak interaksi online terjadi di luar jam main seperti lewat Discord atau grup chat. Langkah lain yang bisa dilakukan yakni mempelajari dunia anak-anak termasuk gim yang dimainkan.
Dalam memberikan dukungan, katanya, orang tua perlu mendorong anak untuk bermain secara kompetitif yang sehat, bukan sekadar untuk pelarian.
Baca Juga: Pemain Persib Bandung dalam Kondisi Siap Arungi Kompetisi BRI Super League 2025/2026
Bila anak serius ingin jadi atlet esports, arahkan dengan pendekatan akademis dan profesional,” ujar Ella.
Namun, jika anak menunjukkan adanya kecanduan bermain gim, Ella meminta agar anak segera dijauhkan dari gim. Adapun beberapa cirinya yakni seperti sulit berhenti, tantrum jika dilarang, penurunan prestasi akademik, gangguan tidur, atau perubahan perilaku seperti menarik diri dari lingkungan sosial.
“Pada titik ini, penting untuk melakukan evaluasi bersama dan jika perlu, berkonsultasi dengan ahli seperti psikolog anak,” kata dia.*