Begini penanganan patah tulang yang benar, simak pendapat ahli

photo author
- Minggu, 20 Juli 2025 | 07:00 WIB
Anggota PABOI sekaligus Secretary General Indonesian Orthopaedic Trauma Society (IOTS) dr. Radi Muharris Mulyana Sp.OT(K) menjelaskan pentingnya penanganan komprehensif pada pasien patah tulang dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (18/7/2025).  (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Anggota PABOI sekaligus Secretary General Indonesian Orthopaedic Trauma Society (IOTS) dr. Radi Muharris Mulyana Sp.OT(K) menjelaskan pentingnya penanganan komprehensif pada pasien patah tulang dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (18/7/2025). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)


HARIAN MERAPI - Penanganan pasien patah tulang harus hati-hati dan dilakukan secara komprehensif.


Selain itu, penanganan harus melibatkan ahli dari rumah sakit yang memang mumpuni.


Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) menyatakan bahwa penanganan patah tulang harus dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif.

Baca Juga: Ramalan zodiak Leo berlaku sepekan mulai Minggu 20 Juli 2025, menandai perubahan pribadi yang dahsyat

"Penanganan patah tulang dan hal-hal yang menyertainya, itu harus dilaksanakan dengan komprehensif, sehingga mendapatkan hasil yang terbaik," kata Secretary General Indonesian Orthopaedic Trauma Society (IOTS) dr. Radi Muharris Mulyana Sp.OT(K) dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Radi menjelaskan patah tulang mempunyai variasi kondisi seperti sendi yang bergeser dan patah tulang yang disertai luka. Kondisi tersebut perlu penanganan serius di rumah sakit yang mumpuni.

Penanganan yang komprehensif dapat membantu dokter untuk menegakkan diagnosis terkait ada atau tidaknya patah tulang yang melibatkan pembuluh darah atau risiko komplikasi.

Baca Juga: Kesenian Ronthek Pacitan awalnya kegiatan untuk membangunkan orang sahur

"Kompikasi misalnya kehilangan tulang atau tulangnya mengalami infeksi atau tulangnya mengalami kegagalan dalam penyembuhan. Jadi tidak nyambung atau kadang menyambung tapi salah sambung dan akhirnya bengkok, ini disebut deformitas atau kebengkokan pada kaki," ucap anggota PABOI itu.

Risiko komplikasi tidak hanya dapat terjadi pada patah tulang di bagian kaki, melainkan seluruh tubuh. Ia mengatakan adanya kebengkokan pada bagian bawah dapat mempengaruhi tubuh bagian atas seperti tulang belakang, misalnya mengalami rasa nyeri.

Oleh karenanya, diperlukan strategi yang tepat melalui kolaborasi tim kedokteran untuk menangani trauma dan cedera pada bagian tulang yang bermasalah.

Radi juga menyampaikan di Indonesia masalah ini belum banyak mendapatkan sorotan, sehingga PABOI melalui digelarnya Orthopaedic Concurrent Meeting (OCM) 2025, diharapkan dapat menambah edukasi masyarakat Indonesia secara lebih luas, termasuk meningkatkan mutu layanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

Baca Juga: Tradisi Nyadran di Gunung Balak Pakis Magelang, dimaknai sebagai 'Peringatan masuknya agama Islam di tanah Jawa'

"Harapan kami adalah dengan semakin banyak yang mengetahui bahwa kami sebagai tim ortopedi ini akan memberikan layanan kolaboratif yang baik kepada masyarakat, maka kepercayaan untuk bersama dengan ortopedi ketika menghadapi cedera, terutama patah tulang dan hal-hal yang berikutnya ini bisa menjadi sebuah hal yang lebih dipercaya dan lebih dilaksanakan," ujar Radi.*

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X