Ini manfaat keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, tingkatkan kepercayaan diri dan satu lagi ini....

photo author
- Selasa, 15 Juli 2025 | 11:30 WIB
Siswa berpamitan kepada ayahnya setibanya di sekolah, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 4 Aceh Barat Desa Suak Timah, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Senin (14/7/2025).  (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
Siswa berpamitan kepada ayahnya setibanya di sekolah, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 4 Aceh Barat Desa Suak Timah, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Senin (14/7/2025). (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)



HARIAN MERAPI - Keterlibatan ayah secara fisik dan emosional dalam pengasuhan anak sangat berdampak positif.


Ini akan sangat mempengaruhi perkembangan psikososial anak, meningkatkan kepercayaan diri dan keberanian anak.

Psikolog sekaligus pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., bahwa keterlibatan ayah tidak hanya membentuk aspek fisik anak, tapi, juga mempengaruhi kepercayaan diri dan keberanian mengambil risiko.

Baca Juga: Ini alasan pemerintah tetapkan 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional

"Keterlibatan ayah mampu meningkatkan ketangguhan dan keberanian anak. Ini sangat penting bagi perkembangan sosial emosional mereka," kata Novi ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Selasa.

Dia menekankan pentingnya keterlibatan aktif ayah dalam aktivitas anak seperti berolahraga bersama atau berdiskusi soal nilai kehidupan agar anak memiliki resiliensi dan kepercayaan diri.

“Anak yang memiliki relasi hangat dan positif dengan ayahnya cenderung lebih percaya diri, berani mengambil keputusan, dan siap menghadapi tantangan sosial,” ujar dia.

Anak yang tumbuh tanpa hubungan dekat dengan ayah berisiko memiliki ketimpangan psikologis, kata Novi menjelaskan.

Baca Juga: Paduan Suara Anak The Resonanz Children's Choir Tampil Memukau di World Expo 2025 Osaka

Dampak yang bisa terjadi antara lain anak laki-laki cenderung canggung menjalin hubungan dengan teman laki-laki lainnya, sedangkan anak perempuan berpotensi kehilangan kepercayaan terhadap laki-laki atau justru terlalu mudah mempercayai laki-laki dewasa.

Fenomena fatherless mengacu pada situasi di mana anak kurang mendapatkan peran dan kehadiran ayah dalam kehidupannya, baik secara fisik maupun emosional, meskipun ayah mungkin masih ada. Fenomena itu, Novi menjelaskan, kini semakin terlihat di masyarakat urban Indonesia, ketika peran ayah kerap tersisih karena kesibukan kerja atau jarak emosional.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Surat Edaran Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, yang bertujuan untuk mengatasi isu fatherless di Indonesia.

Baca Juga: Paduan Suara Anak The Resonanz Children's Choir Tampil Memukau di World Expo 2025 Osaka

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wihaji mengatakan bahwa gerakan ayah mengantarkan anak di hari pertama sekolah menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan dalam keluarga.

Gerakan tersebut bertujuan meningkatkan peran pengasuhan ayah terhadap anak, dan termasuk salah satu program terbaik hasil cepat atau quick wins Kemendukbangga/BKKBN, yakni Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).*

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X