Inilah kunci menghadapi disinformasi dan kebencian, pemerintah tak bisa tangani sendiri

photo author
- Selasa, 1 Juli 2025 | 11:30 WIB
Kepala Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menghadiri diskusi PCO Goes to Campus bertajuk Literasi Digital dan Tanggung Jawab Intelektual, Sinergi Pemerintah dan Kampus Menangkal DFK di Audiotorium Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, Senin (30/6/2025). ( ANTARA/HO-PCO)
Kepala Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menghadiri diskusi PCO Goes to Campus bertajuk Literasi Digital dan Tanggung Jawab Intelektual, Sinergi Pemerintah dan Kampus Menangkal DFK di Audiotorium Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, Senin (30/6/2025). ( ANTARA/HO-PCO)


HARIAN MERAPI -Disinformasi dan penyebaran kebencian masih sering kita jumpai di media sosial.


Pemerintah pun telah berupaya meredam dan mencegah disinformasi dan penyebaran kebencian. Bagaimana caranya ?


Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menekankan pentingnya literasi digital untuk menangkal Disinformasi, Fitnah, dan Kebencian (DFK), agar informasi yang diterima masyarakat benar-benar fakta, bukan tontonan semata.

Hasan, dalam diskusi PCO Goes to Campus di Audiotorium Univevrsitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, Senin, menyatakan cara menangkal DFK antara lain melalui sinergi semua pihak untuk bersama-sama skeptis dengan setiap informasi, menguatkan literasi dan menjauhkan emosi, serta membangun kesadaran kritis.

Baca Juga: Cerita misteri rumah wingit yang ditempati demit di kaki Gunung Merapi

"Pemerintah tidak sanggup kalau hanya menangani ini sendiri, karena yang jadi pelaku jumlahnya ratusan juta. Butuh ada masyarakat, kelompok masyarakat yang punya kesadaran yang sama bahwa DFK itu tidak boleh, bahwa DFK itu menghancurkan bangsa," katanya.

Dalam agenda bertajuk “Literasi Digital dan Tanggung Jawab Intelektual, Sinergi Pemerintah dan Kampus Menangkal DFK" itu, Hasan mendorong media, kantor-kantor pemerintah, organisasi masyarakat untuk membuat cek fakta.

Hasan mengatakan, cek fakta mungkin akan menimbulkan kegaduhan, sebab bisa jadi pihak yang disebut menyebar hoax akan marah.

“Tapi cek fakta ini harus dilakukan sebanyak mungkin orang, supaya kita bisa menjaga akurasi. Pasti berisik, tapi lama kelamaan kita akan terbiasa,” katanya.

Baca Juga: Perceraian Ruben Onsu dan Sarwendah bikin emosiku Betrand Peto tak terkendali, begini curahan hatinya

Dia mengibaratkan satu berita DFK seperti satu ekor burung/hama pemakan padi atau jagung.

“Kalau satu burung saja enggak akan habis padi atau jagung, tetapi kalau DFK-nya banyak, satu rombongan besar burung yang datang ke sawah atau ke ladang jagung, itu hasil kerja keras petani akan habis,” ujar Hasan.

Demikian halnya dengan kebenaran-kebenaran objektif akan habis jika dibiarkan DFK merajalela karena ada ratusan juta yang terlibat dalam proses ini, kata Hasan menambahkan.

Hasan menjelaskan, cek fakta diharapkan bisa menyadarkan publik yang saat ini sering disuguhi beragam informasi yang bersifat tontonan, sehingga batas-batas antara kebenaran dan tontonan menjadi kabur.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X