Bila anak alami gangguan penglihatan, harus tangani segera agar tidak berakibat seperti ini

photo author
- Selasa, 15 Oktober 2024 | 13:50 WIB
Arsip - Seorang anak saat menjalani pemeriksaan mata dalam layanan gratis di Ancol, Jakarta, Senin (20/11/2023). Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi gangguan penglihatan di Indonesia sekitar 25 persen pada 2030. ( ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Arsip - Seorang anak saat menjalani pemeriksaan mata dalam layanan gratis di Ancol, Jakarta, Senin (20/11/2023). Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi gangguan penglihatan di Indonesia sekitar 25 persen pada 2030. ( ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)



HARIAN MERAPI - Gangguan mata pada anak harus segera ditangani jangan sampai terlambat.


Ini perlu dilakukan guna mencegah anak mengalami low vision.

Demikian saran dokter spesialis mata dari Rumah Sakit Mata Cicendo dr Karmelita Satari Sp M (K) dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta pada Senin .

Baca Juga: Prabowo Minta Airlangga Jaga Situasi Perekonomian Bangsa


Ia mengingatkan apabila terdapat gejala gangguan penglihatan pada anak harus segera mendapat penanganan, guna mencegah low vision atau kemampuan penglihatan rendah yang bersifat permanen.

Karmelita menjelaskan, anak-anak yang tidak mendapat tindakan koreksi sejak dini kelak penglihatannya akan berbeda dengan orang yang menerima penanganan cepat maupun orang berpenglihatan normal. Hal itu disebabkan karena proses melihat berkaitan dengan stimulasi otak.

"Melihat itu kan peristiwa belajar, stimulasi terhadap otak. Jadi kalau dia harusnya distimulasi tapi tidak cukup stimulasinya karena tidak dikoreksi, dia tidak akan bisa melihat sama persis dengan orang yang sudah dikoreksi," katanya.

Kondisi low vision, papar Karmelita, berbeda dengan rabun di mana penderita rabun dapat melihat dengan jelas apabila mendapat tindakan koreksi, misalnya dengan pemakaian kaca mata. Sedangkan penderita low vision tidak bisa mencapai tingkat ketajaman penglihatan normal meskipun telah mendapat penanganan maksimal.

Baca Juga: Anak SD Jadi Korban Perundungan, Orangtua Mengadu ke KPAID Yogyakarta

"Walaupun sudah ditata laksana maksimal, artinya sudah dioperasi atau sudah dikasih obat dan sudah dicoba koreksi, dia tetap tidak bisa mencapai tajam penglihatan normal sehingga harus ada usaha lebih untuk dia bisa memudahkan belajar, bermain, bekerja sama, sehingga kualitas hidupnya lebih baik," ujarnya.

Menurut Karmelita, gangguan penglihatan low vision bisa disebabkan oleh faktor genetik, faktor kecelakaan, atau gabungan keduanya.

Adapun gejala yang umum ditemui pada anak-anak usia dini antara lain ia tidak merespon gerakan atau kehadiran benda di sekitarnya, tidak membalas interaksi dari orang di dekatnya, hingga sering menabrak sesuatu atau tersandung.

Namun, ia mengingatkan perlu ada pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter untuk menentukan secara pasti apakah gejala-gejala tersebut merupakan kondisi low vision.

Baca Juga: Cerita misteri ketika naik kereta senja dari Kutoarjo ke Solo Balapan, terdengar suara adzan dari desa Semawung

"Jadi dia harus diperiksa dan mungkin dia low vision kalau tidak diperiksa dan dikoreksi dengan cepat," kata Karmelita.*

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Daun Sendok Rival Gangguan Mata

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X