Kenali ciri-ciri trauma pascakecelakaan dan cara mengatasinya

photo author
- Selasa, 14 Mei 2024 | 22:00 WIB
Ilustrasi seorang laki-laki yang mengalami trauma.  (ANTARA/HO-Pexels)
Ilustrasi seorang laki-laki yang mengalami trauma. (ANTARA/HO-Pexels)

HARIAN MERAPI - Tidak sedikit masyarakat mengalami trauma pascakecelakaan, namun tidak banyak yang memperhatikannya.

Kecelakaan bisa memberikan efek trauma atas hal-hal berkaitan yang akan berpengaruh kepada kehidupan korban pascakejadian yang perlu dikenali ciri-cirinya dan diatasi.

Psikolog Anak dan Keluarga Sani B. Hermawan mengatakan setelah mengalami kecelakaan, tidak jarang seseorang mengalami trauma pascakejadian yang berkaitan dengan proses kecelakaan itu sendiri, tempat kejadian, atau bahkan waktu kejadian.

“Dalam kecelakaan, tentunya ada trauma terhadap suatu kejadian, bisa jadi trauma terhadap prosesnya, kejadiannya, tempatnya atau bahkan waktunya (pagi, siang, atau malam), hingga trauma di jalanan,” kata Sani yang juga Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani tersebut, Selasa (14/5/2024).

Baca Juga: Cerita hidayah memiliki hobi yang menyesatkan membuat sulit mencari jodoh

Sani menambahkan bahwa beberapa ciri-ciri umum dari orang yang mengalami trauma pasca-kecelakaan adalah adanya upaya untuk menghindari hal-hal yang berkaitan dengan rasa perih atau sakit yang dialami selama kejadian tersebut.

Para korban mungkin merasa sedih, panik, atau takut ketika menghadapi situasi yang mengingatkan mereka atas kejadian traumatis tersebut.

Dalam mengatasi trauma pasca-kecelakaan, langkah-langkah pemulihan yang tepat menjadi sangat penting.

Pertama, penting bagi individu yang mengalami trauma untuk mencari bantuan profesional dari seorang psikolog atau terapis yang terlatih dalam penanganan trauma.

Baca Juga: Tuntas-Djayendra maju pilkada jalur independen, KPU Sukoharjo verifikasi dokumen pencalonan

“Harus berkonsultasi ke psikolog untuk mengetahui tips-tipsnya, karena setiap orang yang mengalami kejadian yang sama bisa saja traumanya berbeda, karena penjiwaan seseorang, kekuatan dan kerapuhan seseorang itu sangat berkontribusi terhadap seberapa berat trauma yang terjadi,” katanya seperti dilansir Antara.

Selain itu, penting juga untuk memiliki dukungan sosial yang kuat dari keluarga, atau orang terdekat untuk mendiskusikan pengalaman mereka dengan orang-orang yang dipercayai dapat membantu individu merasa didengar tanpa dihakimi dan didukung dalam proses pemulihan mereka.

Berikutnya menurut Sani adalah harus menerima bahwa kejadian tersebut sudah menjadi takdir yang dialami, dan sudah suratan Tuhan.

Oleh karena itu, pendekatan diri kepada tuhan melalui spiritual dan ibadah itu menurutnya sangat penting, karena di sini korban juga akan mendapat ketenangan.(*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X