Produk tenun yang dibuat menggunakan ATBM pun cocok dikombinasikan pada aneka produk seperti sarung bantal untuk kursi tamu, baju, taplak meja hingga hiasan dinding.
Adapun jenis benang yang digunakan, yaitu benang tencel, berasal dari serat pohon Eucalyptus maupun Beech wood. Dengan jenis benang ini produk tenun yang dihasilkan memiliki beberapa keunggulan.
Antara lain lebih lembut, sejuk, kuat serta aman untuk kulit yang sensitif. Namun, tak dipungkiri untuk menenun menggunakan ATBM butuh kesabaran dan ketelatenan tersendiri.
“Tak jauh beda dengan membuat batik tulis. Tahapannya lebih lama dibanding batik cap. Jadi harganya juga lebih mahal,” terang Eka.
Baca Juga: TPS3R Brama Muda Sleman Terima Bantuan Alat Pengolahan Sampah dari Astra
Sebagai contoh, dalam membuat produk syal dengan lebar kisaran 40 cm, waktu kisaran satu jam dapat menyelesaikan panjang syal sekitar 10-15 cm.
Sugianto menambahkan, terutama penggemar produk handmade (yang dibuat dengan tangan/tanpa mesin) antusias bisa membeli produk tenun.
Termasuk pula memiliki ATBM atau alat tenunnya, terlebih yang lebih praktis dan mudah operasionalnya. Selain digunakan, ada pula yang sekadar dikoleksi.
“Saya berinovasi membuat ATBM menggunakan bahan baku kayu jati. Ada rencana juga kedepannya menggunakan jenis kayu lain seperti dari pohon mahoni dan sonokeling,” ungkap Gianto.
ATBM yang dibuatnya biasa model 4 sampai 8 kamran/shaft dengan lebar 50 hingga 80 cm. Sosialisasi cara penggunaannya dapat disebarluaskan pula lewat media sosial.
“Semoga cara yang kami lakukan termasuk berpartisipasi dalam melestarikan keberadaan tenun di Indonesia maupun dunia,” harap Gianto.*