Ngadi saudaranya hanya satu yaitu kakaknya (merantau di luar Jawa).
Ibunya tiga tahun yang lalu meninggal dunia karena sakit diabetes.
Ibunya meninggal dalam usia yang masih muda yaitu 40 tahun.
Ia tidak pernah periksa di rumah sakit.
Pada waktu dibawa ke rumah sakit memang sakitnya sudah parah maka tidak tertolong.
Waktu masih hidup ia kerja keras dan tidak memikirkan kesehatan dirinya.
Setelah ibunya meninggal Ngadi hidup bersama ayahnya yang sudah sakit-sakitan.
Kehidupan keluarga itu sangat sederhana.
Karena ayahnya sakit Ngadi hidup sebagai tulang punggung keluarga.
Ayahnya sebagai petani kecil karena sawah atau pun pekarangannya sangat sempit.
Maka di samping mengerjakan sawahnya sendiri ia juga mengerjakan sawahnya orang lain.
Hasilnya dibagi menurut kesepakatan bersama.
Ngadi 2 bulan tidak bekerja karena merawat ayahnya yang sedang sakit.
Sebulan lagi keluarga Ngadi akan kendurian (slametan) istilah di desa itu adalah sedekah.