"Beres neng, ayo segera naik, mumpung masih pagi."
Sepanjang perjalanan gadis itu selalu mengajak berbincang Pak Parjo.
Seolah seperti orang yang sudah lama dikenal.
Ketika sampai di sebuah rumah besar bercat putih, gadis itu minta turun.
"Sudah Pakde, sudah nyampai...turun disini saja."
"Baik neng..."
"Ayo Pakde mampir dulu sambil minum teh atau kopi, masih pagi ini lho," rayu gadis itu.
"Sudah, terima kasih...Pakde langsung pamit dulu. Masih banyak pekerjaan saya neng."
Gadis itu merayu berkali-kali, tetapi Pakde tetap tidak mau mampir.
Ketika sudah dibayar, Pakde langsung pamit.
Tetapi betapa terkejutnya ia, karena baru beberapa meter jalan ketika melihat rumah itu, tiba-tiba lenyap.
Lampu yang terang benderang juga langsung mati semua.
Pakde pun langsung mengencangkan laju becak motornya.
"Wee lha dalah jebul lelembut to?" gumannya. (Seperti dikisahkan Sigit Priyono di Koran Merapi) *