Pohon-pohon tinggi serta rimbunnya bambu menambah aura mistis yang kental.
Tapi hal itu sepertinya tak menyurutkan semangat para pemancing untuk menyalurkan hobi mereka.
Sampai suatu hari, Pak Warno (nama samaran) yang baru saja selesai memetik buah kelapa karena disuruh nenek, bercerita mengenai kejadian dua hari yang lalu.
Baca Juga: Idul Fitri 1444 H kian dekat, UMY bagikan sembako dan zakat mal kepada warga Sendangarum Minggir
"Aku wingi pas mancing diweruhi peri ayu tenan (Kemarin aku lihat peri cantik sekali)."
Pak Warno menyeruput teh manis hangat yang baru saja kusajikan.
"Lha, wes lumrah to (Lha, sudah biasa kan). Hampir semua orang yang pernah mancing di situ pasti diweruhi peri, karena tempat itu jadi sarang mereka."
Nenekku menimpali.
"Dari jaman aku isih enom, tempat itu wes akeh demit e. Wewe gombel, kuntilanak, gendruwo, banaspati. Aku ora gumun nek sampeyan karo pemacning liyane sampe diweruhi."
Pak Warno hanya meringis.
Baca Juga: PAN Bantah Dukung Prabowo Sebagai Bakal Capres Diusung Koalisi Kesar
Sayangnya tempat pemancingan itu tak bertahan lama karena ditinggal para pengunjungnya.
Pak Warno bilang, mereka ketakutan setelah melihat peri penunggu tempat tersebut.
Akhirnya, memilih pergi dan mencari tempat pemancingan lain yang berlokasi di pinggir jalan yang ramai dan terang.
Kini, hampir tak ada aktivitas apapun di pemancingan.