HARIAN MERAPI - Kisah cerita misteri penampakan gendruwo yang suka membangunkan orang untuk sahur.
Malam sudah sampai di penghujung. Angin malam terasa bertiup mengantarkan hawa dingin yang menyelimuti tubuh suasana sepi pun menghiasi malam itu di saat bulan Ramadhan yang biasanya para peronda berkeliling membangunkan untuk makan sahur.
Namun sepertinya malam itu nihil. Mungkin karena pada kelelahan di siang harinya karena sibuknya dalam bekerja.
Baca Juga: Cerita misteri dinunuti wanita nyalawadi di malam hari
Karena rumah kami mewah alias mepet sawah, maka pendengaran malam itu tak luput dari seputar suara binatang malam yang terdengar merdu bak konser musik agustusan dan belum terdengar peronda keliling.
Sampai tibalah saat makan sahur tiba juga belum terdengar. Baru saja akan keluar rumah untuk membunyikan kentongan, tak disangka sudah ada yang nabuh kentongan keliling alias membangunkan dan mengingatkan untuk makan sahur.
Namun suara kentongan itu terasa aneh di telingaku juga mungkin telinga siapapun yang mendengarnya juga sepertinya yang berkeliling membangunkan sahur hanya sendirian.
Keanehan tersebut menjadikana ku ingin tahu siapakah gerangan yang berkeliling membunyikan kentongan berkeliling sambil membangunkan untuk makan sahur.
Baca Juga: Kisah mistis jembatan spoor serayu, terdengar suara gamelan lengger ada malam Rabu Wage
Begitu aku buka pintu dan kusaksikan siapakah dia yang berkeliling. Namun setelah kusaksikan siapakah dia .
Hatiku berdesir karena makhluk yang berkeliling itu adalah sosok gendruwo yang sedang memukul kentongan dan menatap dengan beringas ke arahku.
Wajah gendruwo itu menyeringai menyeramkan siapapun yang melihatnya pasti akan takut.
Biarlah pemandangan dan penglihatan aku saksikan sendiri saja tak kuceritakan kepada orang lain.
Baca Juga: Cerita misteri melihat penampakan Nyi Roro Kidul saat liburan Idul Fitri di pantai
Cukup kucurahkan pada Koran Merapi tercinta dan untuk malam berikutnya kugalakkan lagi piket ronda untuk sekalian membangunkan sahur keliling agar si gendruwo tidak ikut memukul kentongan, karena jika ada yang melihat bakal takut seumur hidup. (Dikisahkan Wijaya Heru Santosa di Koran Merapi) *