Perjalanan kami terus berlanjut, dan seperti biasa, rute yang harus saya lewati adalah melewati perempatan Turen. Setiap melewati perempatan, saya biasanya membunyikan klakson untuk menghindari tabrakan.
Dengan membunyikan klakson, maka kendaraan dari arah kana, kiri dan depan akan tahu kalau aka nada mobil yang melintas.
Dan pagi itu, saya pun bersiap-siap membunyikan klakson, tapi, sebelum aku membunyikan klakson, tiba-tiba ada suara klakson yang berbunyi nyaring dan beruntun, seperti sedang terburu-buru, dari arah jalan sebelah kiri.
Mendengar suara klakson yang nyaring dan beruntun, maka saya memilih untuk berhenti dulu dan membiarkan mobil yang akan melintas untuk jalan dulu.
Satu menit… dua menit…
“Lho, Bu. Mobil yang membunyikan klakson tadi mana?” tanyaku penasaran karena ternyata tidak ada mobil yang lewat menyeberang memotong jalan saya.
“Lha, iya. Tadi kan, ada yang membunyikan klakson dekat sekali, beruntun kayak mobil yang buru-buru,” jawab Ibu tak kalah penasarannya denganku.
‘”Lha, tapi mana?” aku makin bingung.
Tiba-tiba, tatapan mata saya tertuju pada jalan tepat di persimpangan perempatan, ada seonggok bunga mawar yang tampaknya masih baru.
Hiiiiiiii……
Saya langsung bergidik. Mungkinkah itu suara mobil setan? Ada suara klakson beruntun, keras, tapi tak ada mobil atau apa pun yang lewat. (Seperti dikisahkan Fery Yanni di Koran Merapi) *