Kepalanya masih berrambut, juga terlihat jantungnya berdetak. Serentak mulutnya menganga. Mereka berdua terdiam mematung seketika.
Suwarno juga nampak terus berdoa. Mulutnya komat-kamit membaca doa. Seketika mayat itu mendekat. Tanpa basa-basi, mereka langsung membereskan barang-barangnya dan lari tunggang langgang.
"No, tadi itu apa?: tanya Warsono terengah-engah.
"Tadi itu mayat korban pesugihan yang dibuang di situ. Dan yang kau dapat tadi itu tumbal matanya. Jangan pernah kembali ke situ lagi," jawab Suwarno serius.
Sejak saat itu, Warlijo kapok mancing di tempat itu. Ia juga tidak mau lagi mancing di tempat angker bin wingit, terlebih jika tidak bersama Suwarno. - Semua nama disamarkan - (Seperti dikisahkan Septa Berlianto di Koran Merapi) *