JAKARTA, harianmerapi.com – Deddy Corbuzier mengalami Badai Sitokin saat positif Covid-19 yang membuatnya krtitis hingga hampir meninggal. Lantas apa itu Badai Sitokin?
Sindrom Badai Sitokin disebabkan oleh peningkatan respons imun. Sejatinya sistem kekebalan berfungsi untuk membantu kita melawan infeksi. Namun, terkadang sistem imunitas ini memberikan respons yang tidak semestinya dan justru memperparah kondisi penyakit.
Dikutip dari halodoc.com sebagaimana ditinjau oleh dokter Rizal Fadli, setiap kali tubuh yang sehat melawan infeksi, ada respons sistem kekebalan alami yang terjadi. Sitokin pada dasarnya memberi sinyal sistem kekebalan untuk mulai melakukan tugasnya. Ini adalah situasi yang wajar. Namun, ketika pelepasan sitokinnya terlalu banyak maka sistem kekebalan tubuh mulai menyebabkan kerusakan pada tubuh.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Ngaku Kena Covid-19, Sempat Kritis dan Hampir Meninggal
Secara medis, Badai Sitokin berarti jalur sel yang telah dihidupkan mengarah ke produksi sejumlah mediator biologis (yang merupakan sejenis pemancar sinyal) yang menyebabkan perubahan pada tubuh dan mengganggu fungsi sel normal.
Ini berarti sejumlah besar sitokin yang dilepaskan menciptakan tingkat peradangan tinggi di area tubuh yang sedang mengalami peradangan sehingga bisa berakibat fatal. Badai sitokin ini juga dinilai lebih mematikan daripada virus asli yang sedang bercokol di tubuh.
Pemicu Badai Sitokin
Badai Sitokin dapat dipicu oleh sejumlah infeksi, termasuk influenza, pneumonia, dan sepsis. Respons imun yang meningkat ini tidak terjadi pada semua pasien dengan infeksi parah, tetapi para ahli tidak tahu apa yang membuat beberapa orang lebih rentan daripada yang lain.
Baca Juga: Sempat Percaya Diri Tak Tertular, Dedi Corbuzier Jelaskan Ganasnya Serangan Covid-19
Terkhusus pada orang dengan corona. Sejauh ini beberapa pasien menjadi sangat sakit dengan cepat karena badai sitokin. Sebagian besar pasien corona dengan Badai Sitokin mengalami demam dan sesak napas, kemudian menjadi sulit bernapas sehingga akhirnya membutuhkan ventilator. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar enam atau tujuh hari setelah timbulnya penyakit.
Tidak ada cara untuk menguji apakah seseorang mengalami badai sitokin atau tidak, meskipun pemeriksaan darah dapat memberikan petunjuk kepada dokter bahwa respons hiper-inflamasi sedang terjadi.
Tes darah bisa saja dilakukan untuk deteksi badai sitokin tetapi belum cukup valid. Sejauh ini gejala yang sudah akurat adalah ketika seorang pasien terus mengalami kesulitan bernapas meskipun menerima oksigen. Hal itu mungkin berarti tubuh mereka sedang mengalami badai sitokin.
Baca Juga: Netizen Kirim Semangat untuk Deddy Corbuzier: Welcome Back Idola
Tidak Hanya pada Pengidap Corona