-
Daun ungu, herba untuk direbus. REBUS 7 lembar daun sambilata, 5 iris umbi dewa atau 3 lembar daun ungu. Setelah dibersihkan dan dipotong-potong, rebus seluruh bahan dengan menggunakan 3 gelas air bersih hingga tersisa satu gelas. Teteskan pada telinga pagi dan sore hari sebanyak yang diperlukan. Cara ini dapat dijadikan dukungan terhadap berbagai terapi gangguan telinga. Kebisingan secara luas dapat menyebabkan ancaman bagi sistem pendengaran. Musik dengan suara berlebihan memeiliki andil mengurangi kemampuan pendengaran. Bahkan mendengar kebisingan secara kontinyu lebih dari 85 dB, tidak hanya menyebabkan keluhan pada telinga dan pendengaran, tapi juga menyebabkan peningkatan tekanan darah, gangguan tidur, kelainan pencernaan, emosi dan stres. Mencegah lebih baik ketimbang mengobati. Prinsip ini perlu dipegang teguh. Bila pendengaran terlanjur sakit, maka harus dikeluarkan beaya ekstra untuk mengobati. Ada beberapa langkah dapat ditempuh agar pendengaran tidak mendapat gangguan. Mendekat pada kebisingan, misalnya, sama halnya mencari penyakit. Membersihkan lubang telinga pun tidak boleh sembarangan. Lebih lagi bila menggunakan benda keras. Pada dasarnya telinga sudah terbentuk sedemkiian rupa sehingga kotoran dan debu tidak bisa masuk. Di bagian depan lubang telinga juga terdapat getah telinga bernama serumen yang bertugas menangkap kotoran dan dengan sendirinya membersihkan. Sayang banyak orang salah sangka bahwa tahi telinga sebagai kotoran. Secara alamiah kotoran akan masuk dan mengering, kemudian keluar dengan sendirinya. Mengorek telinga dapat menyebabkan benturan karena bentuk telinga yang bersudut. Benturan ini berakibat menimbulkan pembengkakan atau perdarahan. Pengorekan yang keras akan menimbulkan trauma dan dinding telinga menjadi mudah berdarah. Mengorek telinga juga bisa membuat kolaps. Paling parah akibatnya adalah mengorek telinga terlalu dalam. Cara ini dapat menyebabkan inferksi di dalam telinga yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas pendengaran. Bahkan dapat menyebabkan wajah menjadi tidak simetris lagi. Hal ini akibat infeksi merambat ke saraf facialis yang berada di belakang telinga. Karena itu bila mengorek telinga gunakanlah alat yang lunak seperti cotton buds. Akan lebih aman apabila terasa ada kotoran yang menggumpal dan menegras kemudian dibawa ke dokter THT. Dokter memiliki cara khusus yang dapat memecahkan kotoran yang mengeras tersebut. Kebisingan juga merupakan ancaman serius terhadap sistem pendengaran. Seperti disampaikan herbalis dan akupunkturis Iskadar Ali SE dalam Mengatasi Gangguan pada Telinga dengan Tanaman Obat (AMP, 2006), ambang batas intensitas suara yang aman diterima telinga adalah di bawah 85 dB. Kalau lebih dari itu, kemudian diterima secara kontinyu, maka akan menyebabkan ganggguan pendengaran. Semakin tinggi paparan bising, misal selama 15 menit dalam kekuatan 115 dB sudah dianggap sangat berbahaya. Selain pencegahan melalui cara-cara tersebut di atas, setiap orang harus mengonsumsi makanan bergizi, mengorek telinga dengan benar dan memeriksakan telinga ke dokter THT secara rutin. Semua ini menjadi tuntutan pada mereka yang berusia lebih 40 tahun. Terutama mereka yang biasa bekerja suntuk, perokok berat dan penderika kegemukan. Dari hasil penelitian yang dilakukan Dr Brian Fligon dari Harvard Medical School diketahui, komponen musik yang digunakan langsung seperti headphone berbahaya bagi kesehatan pendengaran. Menurutnya terdapat variasi dari headphone dan menemukan bahwa semakin kecil bentuknya semakin tinggi volume suara yang dikeluarkan. (dari berbagai sumber)-(JB Santoso)