herbal

MENGKUDU, BURUK RUPA TETAPI BANYAK GUNA - Jadi Kalung Pengempis Gondhong

Minggu, 15 April 2018 | 08:42 WIB

-
MERAPI-JB SANTOSO
Jarang ada mengkudu yang memiliki bentuk yang sama. TIDAK salah kalau mengkudu dijuluki 'buah si buruk rupa', karena kulit buahnya memang bopeng. Bentuknya juga semau gue, hampir tidak pernah ada mengkudu memiliki bentuk yang sama. Seringkali benjol-benjol tidak beraturan. Pating plekethot, begitu di Jawa bentuk buah itu disebut. Tapi jangan pernah sepelekan khasiat mengkudu. Buah yang memiliki nama lain dengan noni ini banyak memiliki manfaat untuk menunjang kesehatan tubuh. Tidak hanya bisa dipakai untuk mengatasi gangguan kesehatan, tapi juga dapat digunakan untuk menyembuhkan beberapa penyakit berat. Juga bisa digunakan untuk keperluan lain. Manfaat ini diketahui tidak hanya berdasar pengalaman empirik, namun juga melalui penelitian dan studi ilmiah. Baik dilakukan di dalam maupun luar negeri. Terlebih di Hawaii maupun Amerika Serikat, sebab tanaman ini banyak tumbuh di kedua tempat tersebut. Salah satu manfaat unik dari mengkudu adalah dapat digunakan untuk menyembuhkan gondhongen. Padahal penggunaannya dilakukan dengan amat sepele. Yakni dijadikan bandul yang dukalungkan di leher. Setelah dipakai secara teratur, maka gondhongen-nya lalu kempes sedikit demi sedikit. Pengalaman empirik ini dulu banyak dirujuk dalam masyarakat tradisional. Tapi di zaman sekarang, mana ada orang percaya akan hal itu. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemic. Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh. Penyakit gondhong (mumps atau parotitis) penyebaran virusnya dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempatbelas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Penyakit gondongan jarang ditemukan pada anak berumur kurang dari 2 tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh antibodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya. Tak semua orang yang terinfeksi virus <I>paramyxovirus<P> mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40 persen penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu menjadi sumber penularan. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit gondhong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas, pada tahap awal (1-2 hari) penderita gondhong mengalami demam (suhu badan 38,5–40 derajat Celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut). Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah. Diagnosis setelah ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeriksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondhong. Selain itu dengan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah. (dari berbagai sumber) - (JB Santoso)

Tags

Terkini