kesehatan

Mengenal konsep ABCD, upaya untuk cegah malaria

Senin, 5 Mei 2025 | 14:15 WIB
Ilustrasi - Nyamuk Aedes Aegypti. (ANTARA/HO-Sutterstock)

HARIAN MERAPI - Untuk mencegah malaria perlu menerapkan konsep ABCD, yakni kesadaran (awareness), pencegahan gigitan (bite prevention), kemoprofilaksis, dan diagnostik.

"Yang pertama adalah awareness. Awareness ini harus kita tanamkan, terutama untuk orang-orang yang akan memasuki daerah endemis," tutur dokter spesialis penyakit dalam dari RSPI Sulianti Saroso, Rizka Zainuddin dalam siaran oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin (5/5/2025).

"Mungkin dia tidak akan familiar dengan cara pencegahan, apalagi gejala dari malaria itu sendiri," imbuh Rizka seperti dilansir Antara.

Dia menjelaskan untuk orang-orang yang akan berpindah atau sementara bekerja di daerah yang endemis, seperti di Papua, perlu diedukasi guna mencegah gigitan nyamuk. Hal yang perlu diajarkan, semisal penggunaan kelambu yang benar, menggunakan baju lengan panjang untuk mencegah penularan.

Baca Juga: Inilah daftar harga terbaru BBM Pertamina, Shell, Vivo, BP turun pada Mei 2025

Untuk menghindari gigitan nyamuk, katanya, juga perlu menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk berkembang biak, selain itu penggunaan lotion antinyamuk.

Kemudian, kemoprofilaksis, katanya, adalah obat yang perlu dikonsumsi untuk orang-orang yang sementara tinggal di daerah endemis.

"Jadi, ada namanya azithromycin 1 tablet, diminum 1 hari sebelum keberangkatan ke daerah endemis, selama pasien di sana, misalnya selama 3 minggu, setiap hari harus minum, hingga 4 minggu setelah kepulangan kembali ke Jakarta misalnya," ujarnya.

Dia menyebutkan bahwa saat ini belum ada vaksin untuk malaria, sehingga pencegahan dilakukan dengan kemoprofilaksis dan azithromycin.

Baca Juga: Kemenkomdigi blokir 1,3 juta konten judol, perkuat ruang digital, begini strateginya

"Yang terakhir adalah diagnosis dan treatment. Jadi, harus diterangkan secara sederhana ke pasien bagaimana untuk mencegah malaria, terutama jangan sampai menjadi fase berat," katanya.

Untuk diagnosis, terdapat sejumlah cara, misalnya dengan mikroskop untuk mengecek darah samar tebal dan tipis atau rapid diagnostic test.

Adapun pada kasus malaria yang berat, katanya, bisa sampai mengakibatkan penurunan kesadaran, bahkan gagal ginjal, sehingga butuh cuci darah suportif.

"Sampai ke kematian kalau misalnya berat. Apalagi, terutama pada ibu hamil yang pilihan antimalarianya terbatas, karena banyak yang kontraindikasi pada ibu hamil," ujarnya.

Baca Juga: Pers dan industri media hadapi tantangan berat, harus cari model bisnis baru, ini salah satunya

Halaman:

Tags

Terkini