kesehatan

Jangan abaikan masalah kesehatan seksual dan reproduksi agar kesejahteraan hidup optimal

Jumat, 23 Agustus 2024 | 21:30 WIB
Ilustrasi - orang tua sedang mengajari anak tentang kebersihan dan kesehatan organ intim (ANTARA/Pexels)

HARIAN MERAPI - Hasil survei BKKBN menunjukkan bahwa Indeks Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia hanya 53,4 persen.

Padahal, pemahaman menyeluruh tentang kesehatan seksual dan reproduksi sangat penting untuk mencapai kesejahteraan hidup yang optimal.

"Masalah kesehatan seksual dan reproduksi seringkali dianggap hanya meliputi penyakit menular seksual saja. Padahal, masalah ini dapat dialami oleh siapa saja, tanpa memandang gender atau usia. Kurangnya pengetahuan serta anggapan tabu mengenai kesehatan seksual menyebabkan pemahaman di masyarakat masih minim. Akibatnya, penanganan medis sering terlambat," dr. Monica C. Dewi, Medical Manager Halodoc dalam keterangan pers yang diterima, Jumat (23/8/2024).

Baca Juga: Niat yang lurus penuntun keluarga penuh berkah di usia senja

Oleh karena itu, pemahaman mengenai jenis-jenis masalah kesehatan seksual dan gejala awalnya sangat penting untuk mencegah penyakit yang lebih serius, katanya.

Berikut diantaranya masalah kesehatan seksual dan reproduksi

1. Endometriosis

Tidak sedikit masalah kesehatan reproduksi wanita yang berkaitan dengan siklus menstruasi, salah satunya penyakit endometriosis yang merupakan kondisi medis akibat pertumbuhan jaringan endometrium di luar dinding rahim, seperti di ovarium, saluran tuba, atau organ panggul lainnya.

Penderita endometriosis biasanya mengalami volume darah yang banyak saat menstruasi, pendarahan di luar siklus menstruasi, nyeri haid yang hebat, nyeri saat berhubungan seksual, perut terasa kembung, darah pada urin. Beberapa wanita juga dapat mengalami keluhan seperti diare, konstipasi, mual, hingga infertilitas.

Baca Juga: Menuju Pilkada 2024, Parpol Menyeberang ke Balon Lain Tidak Bisa Dituntut Secara Hukum, Ini Alasannya

2. Vaginismus

Vaginismus adalah kondisi medis yang ditandai dengan pengencangan otot-otot di sekitar vagina secara tidak sadar yang terjadi ketika adanya penetrasi seksual pada vagina. Penderita vaginismus tidak dapat mengatur atau menghentikan kontraksi otot-otot vagina.

Selain itu, penderita akan merasa nyeri saat berhubungan seksual yang disertai perasaan sesak, dan sensasi terbakar atau menyengat.

3. Disfungsi ereksi

Menurut Jurnal Ilmiah Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 35,6 persen responden melaporkan mengalami disfungsi ereksi. Sayangnya, survei Global Study of Sexual Attitudes and Behaviors mengungkapkan bahwa 78 persen pria yang mengalami disfungsi seksual tidak mencari bantuan medis.

Halaman:

Tags

Terkini