ekonomi

Penghapusan Premium dan Pertalite Bantu Kurangi Emisi Gas, Pakar UGM Sebut Transisi Butuh Waktu 6 Bulan

Kamis, 30 Desember 2021 | 12:40 WIB
Ilustrasi petugas SPBU mengisi bensin pertamax ke sepeda motor (Foto: Wulan Yanuarwati)

JOGJA, harianmerapi.com - Wacana penghapusan bahan bakar jenis Premium dan Pertalite beberapa waktu lalu disambut baik Kepala Pusat Studi Energi UGM, Deendarlianto.

Pasalnya, dampak terhadap lingkungan menjadi salah satu pertimbangan yang penting untuk mendorong konsumsi bahan bakar dengan nilai oktan yang lebih tinggi.
Di sisi lain, rencana kebijakan ini juga sejalan dengan upaya pemerintah mengurangi emisi termasuk pada sektor transportasi.

“Kalau mengacu pada perencanaan energi nasional ke depan saya pikir rencana pemerintah untuk mulai menghilangkan secara perlahan-lahan Premium dan Pertalite cukup baik, itu perlu disosialisasikan dan didukung bersama oleh semua komponen masyarakat,” jelasnya, Kamis (30/12/2021).

Deendarlianto mengungkapkan, proses transisi menuju konsumsi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan sebenarnya telah dimulai sejak peluncuran Pertalite pada tahun 2015 lalu.

Baca Juga: Pertamina Pastikan Stok Bahan Bakar Aman Saat Nataru, Berikut Rinciannya

“Masyarakat sudah digiring untuk berganti dari Premium ke Pertalite, dan ternyata itu berhasil. Orang-orang mulai sadar akan pengaruh terhadap mesin, dan pengaruh terhadap lingkungan juga semakin menjadi pertimbangan,” jelasnya.

Diketahui, pengguna Premium memang semakin lama semakin berkurang, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan BBM yang lebih berkualitas.
Masyarakat kelas ekonomi menengah telah lama beralih dari Premium ke Pertalite, dan bahkan pelan-pelan mulai bergeser ke Pertamax.

Hal ini menjadi indikasi bahwa masyarakat telah siap menghadapi rencana penghapusan Premium dalam waktu dekat.

peeBaca Juga: Erick Thohir ke Pertamina: Semua Toilet di SPBU Harusnya Gratis

“Boleh dikatakan hampir dominan di kendaraan roda empat menggunakan Pertalite, sehingga kalau kita ingin menghentikan Premium saya pikir dalam waktu enam bulan waktu transisinya sudah cukup untuk membawa masyarakat ke sana,” jelasnya.

Deendarlianto memaparkan data konsumsi energi di Indonesia, di mana 39 persen energi masih berbasis minyak, dan 64 persen diantaranya digunakan untuk transportasi. Dari jumlah tersebut, 90 persen konsumsi energi di sektor transportasi diperuntukkan bagi transportasi darat atau jalan raya.

Meski rencana penghapusan BBM jenis Premium dinilai tepat, konsumen utamanya yang berasal dari kalangan menengah ke bawah perlu mendapat perhatian.

Di sisi lain, dia juga menyayangkan fenomena konsumsi Premium dari sebagian masyarakat kalangan menengah yang seharusnya tidak memerlukan subsidi. Sejalan dengan proses transisi energi dan demi tercapainya subsidi energi yang tepat sasaran, pemerintah menurutnya perlu memberikan subsidi energi kepada orang dan bukan produk tertentu.

Baca Juga: 99 SPBU Pertamina Sudah Menggunakan Listrik Tenaga Surya

“Selama ini yang disubsidi bukan orangnya tetapi barangnya. Dengan penghilangan Premium ke depan metode subsidi yang diberikan pemerintah terhadap masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah bisa dilakukan dengan pemberian subsidi ke orangnya,” paparnya.*

Tags

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB