HARIAN MERAPI - Meski memulai usaha warung kelontong di usia 60 tahun, Sujangi tak patah semangat.
Memulai bisnis warung rumahan, korban PHK tersebut memilih mengontrak di kawasan Kecamatan Kraton Jogja.
Sujangi tak hanya menjual sembako, namun melayani produk virtual. Bisa bayar ini itu lewat fitur pembayaran digital.
Baca Juga: Drive in Cinema ala Yogya, Nonton Bioskop di Atas Becak, Sambil Kulineran di Stadion Kridosono
"Saya memilih jualan di kota karena pasarnya ada, kalau di desa jualnya lebih sulit," kisah Sujangi, Kamis (20/7/2023).
Sujangi dan istrinya pernah berjualan buah rambutan. Itupun hanya musiman. Setelah itu ia lebih banyak menganggur.
"Saya lalu buka warung kelontong. Tapi inginnya tidak hanya jual sembako, rokok, air mineral dan lainnya," ujarnya.
Sunjangi lantas bertemu dengan sales Bukalapak. Ia ditawari menjadi Mitra Bukalapak, dan akhirnya bergabung setahun silam.
Awalnya Sunjangi gagap teknologi. Pasalnya semua dilakukan lewat aplikasi. Dari situ ia memantapkan diri untuk belajar lebih giat. Toh, jika tidak laku terjual, deposit tersebut bisa dipakai sendiri untuk membeli pulsa, token listrik, atau iuran BPJS Kesehatan.
"Sekarang sudah mulai jalan. Sebagian warga kampung juga banyak yang kolektif membayar listrik, PDAM atau BPJS Kesehatan lewat saya," ujarnya.
Sujangi berhasil mengubah warung yang semula hanya menjual bahan sembako menjadi pusat perbelanjaan lengkap bagi masyarakat sekitar. Hasilnya, pendapatan Sujangi meningkat hingga 3 kali lipat.
Baca Juga: Skater Mania Wajib Merapat, Pasar di Yogyakarta Ini Sediakan Arena Skateboard dan BMX
Selain memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, Sujangi pun berhasil membuka cabang warung baru dan buka hingga pukul 21.00 WIB.
"Yang pentung semangat, mantap, dan karep saat memulai usaha," sambungnya.