Catat! Inilah tiga aspek penting untuk bangun ekosistem startup di Indonesia

photo author
- Kamis, 29 Juni 2023 | 19:55 WIB
Ilustrasi startup   (ANTARA/freepik.com)
Ilustrasi startup (ANTARA/freepik.com)

HARIAN MERAPI - Ada tiga aspek yang dapat ditingkatkan untuk mengembangkan ekosistem perusahaan rintisan (startup) di Indonesia.

Riset dari Asian Development Bank yang berkolaborasi dengan lembaga penelitian SMERU menunjukkan perusahaan rintisan berorientasi pembangunan di Indonesia akan di untungkan dengan pengembangan ekosistemnya untuk mewujudkan potensi mereka dan berkontribusi pada pembangunan negara.

Sementara fintech dan e-commerce mendominasi ekosistem digital di Indonesia, sedangkan perusahaan rintisan yang berfokus di area seperti pendidikan, kesehatan, agrikultur dan teknologi ramah lingkungan berkembang kurang pesat berdasarkan studi Indonesia’s Technology Startups: Voices From the Ecosystem.

Baca Juga: Sikapi perbedaan Hari Raya Idul Adha 1444 H, Prof Haedar: Mari kedepankan rasa saling menghargai dan toleransi

Inovasi-inovasi perusahaan rintisan ini akan berdampak tinggi terhadap pembangunan seperti perbaikan kesehatan dan kesejahteraan, pekerjaan, dan solusi iklim. Namun, mereka sering dianggap berisiko oleh investor dan lembaga keuangan yang ada selama ini.

Menurut studi tersebut, ada tiga aspek yang dapat difokuskan untuk meningkatkan ekosistem perusahaan rintisan Indonesia meliputi kualitas inkubator dan akselerator, akses keuangan untuk perusahaan rintisan tahap awal, dan pengembangan bakat.

Inkubator dan akselerator dapat memperoleh manfaat dari staf yang lebih baik, terutama karyawan dengan pengetahuan bisnis yang lebih banyak, dan mentor dengan keahlian dan pengalaman sektor.

Perusahaan rintisan baru kesulitan meyakinkan investor untuk menyediakan pendanaan, menyoroti pentingnya untuk menemukan dan mengembangkan sumber modal dan dukungan alternatif.

Baca Juga: Seorang Karyawati Notaris di Gunungkidul Lakukan Pencurian Sertifikat Tanah, Ini Alasannya

Menemukan bakat yang baik juga menjadi tantangan karena pasokan yang sedikit dan persaingan dari perusahaan besar dalam upaya perekrutan. Ini tentu selain dari kebutuhan untuk distribusi dukungan geografis yang lebih baik.

“Pemain kunci dan program terkonsentrasi di Jawa khususnya di Jakarta dan di Bali, sementara daerah lain kurang terlayani,” ucap Peneliti Senior SMERU Research Institute dan penulis utama laporan, Palmira Permata Bachtiar, dalam siaran resmi yang diterima Rabu (28/6).

Palmira menambahkan akan lebih baik jika memikirkan satu ekosistem nasional dan sebagai gantinya mempertimbangkan beberapa ekosistem kota dan lokal yang melayani perusahaan rintisan terdekat.

Untuk memperoleh keragaman perspektif pada riset, tim studi melakukan wawancara dengan beberapa pihak mulai dari kementerian hingga pendiri perusahaan rintisan.

“Para peneliti berdialog dengan pejabat kementerian, manajer inkubator, dan pendiri perusahaan rintisan, serta pemodal dan lainnya,” kata Principal Economist ADB Paul Vandenberg, salah satu penulis laporan tersebut.(*)

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X