Kenaikan harga beras tak serta merta untungkan petani, ini sebabnya

photo author
- Rabu, 14 Juni 2023 | 20:25 WIB
 Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi (tengah) saat Press Briefing di Jakarta, Selasa (28/3/2023).  (ANTARA/Kuntum Riswan)
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi (tengah) saat Press Briefing di Jakarta, Selasa (28/3/2023). (ANTARA/Kuntum Riswan)

HARIAN MERAPI - Kenaikan harga beras tidak serta merta menguntungkan dan menyeimbangkan petani sebagai produsen.

Menurut peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi, kenaikan harga di tingkat konsumen juga tidak serta merta dinikmati oleh petani sebagai produsen apalagi jika jumlah panennya terbatas.

"Seperti yang kita ketahui bersama luas lahan petani di Indonesia itu sedikit dan mereka dikategorikan sebagai small holder farmers,” kata Azizah, di Jakarta, Rabu (14/6/2023).

Baca Juga: Pengalaman horor Wati, disangka suami pulang lebih awal, ternyata gendruwo yang menyamar

Azizah menyebut berdasarkan data yang dihimpun World Bank, harga beras kualitas medium dua yang pada umumnya dikonsumsi sebagai masyarakat Indonesia lebih mahal dibandingkan harga beras internasional.

Begitu juga berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan (PIHPS) Nasional yang menyebutkan harga beras medium dua di tingkat pasar tradisional untuk bulan Mei 2023 adalah Rp13.250 per kg atau setara 0.89 dolar AS.

Sementara, harga beras setara di tingkat internasional hanya mencapai 0.50 dolar AS. Berdasarkan data tersebut, ia menyimpulkan harga beras kualitas medium dua di Indonesia bukanlah yang termurah.

Baca Juga: Peringatan! Jangan masak terlalu lama, polusi udara di dalam rumah berdampak buruk bagi kesehatan

“Jadi harga beras medium dua di tingkat pasar tradisional Indonesia itu justru lebih tinggi daripada harga internasional,” jelasnya.

Alih-alih menaikkan harga beras yang berpotensi menekan daya beli masyarakat golongan bawah, ia menyarankan pemerintah untuk memperbaiki akses petani kepada hasil pertanian berkualitas.

Dimulai dari bibit unggul hingga infrastruktur pendukung yang akan membantu meningkatkan produktivitas dan daya saing petani serta produk pangan yang dihasilkan.

“Perlu digarisbawahi bahwa mayoritas petani Indonesia adalah net consumer dari beras. Jadi kenaikan harga beras berdampak bagi pengeluaran mereka,” sebut dia.

Baca Juga: Memahami fenomena agresivitas anak-anak dan remaja: mereka belajar dari lingkungan sosialnya

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat Rapat Kerja Komisi IV DPR RI, Selasa (13/6) menganggap wajar adanya kenaikan harga beras demi menyeimbangkan pendapatan petani.

Produksi padi Indonesia bahkan disebutnya berada pada posisi kedua dari sembilan negara organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X