Menguak Misteri Bailout BCA: Wajar Ditinjau Ulang atau Benar-benar 'Sesat'?

photo author
- Selasa, 19 Agustus 2025 | 19:50 WIB
Ilustrasi bailout atau pemberian bantuan keuangan ke perusahaan atau negara yang jika tidak dibantu akan mengalami kebangkrutan atau kegagalan.  (Unsplash.com/@Micheile)
Ilustrasi bailout atau pemberian bantuan keuangan ke perusahaan atau negara yang jika tidak dibantu akan mengalami kebangkrutan atau kegagalan. (Unsplash.com/@Micheile)

HARIAN MERAPI - Perdebatan mengenai bailout Bank Central Asia (BCA) kembali mencuat setelah sebagian media perbankan menyebut wacana peninjauan ulang dan pengambilalihan 51 persen saham bank tersebut sebagai ide “sesat”.

Pengamat sekaligus ekonom senior, HM Sasmito Hadinagoro mengungkap, BCA menjadi bank swasta paling menguntungkan dengan laba bersih lebih dari Rp50 triliun per tahun.

Sementara itu, publik masih mengingat bahwa bank tersebut dulu diselamatkan lewat uang rakyat.

Baca Juga: Viral Musisi Charly van Houten Bebaskan Cafe Putar Lagunya Tanpa Jeratan Biaya Royalti, Justru Diberi Hadiah

"Para pemegang saham pengendali menikmati dividen jumbo tiap tahun, sedangkan beban obligasi rekap masih tercatat dalam ingatan sebagai utang rakyat," tulis Sasmito.

Kini, hal itu justru menimbulkan pernyataan besar karena publik menyoroti selama ini tidak mendapat ruang untuk memahami salah satu episode paling mahal dalam sejarah ekonomi Indonesia?

Sasmito pun turut menguraikan hal tersebut mulai dari krisis moneter hingga saran arah kebijakan Pemerintah RI. Simak ulasannya:

Krisis dan Triliunan Uang Rakyat

Baca Juga: Warga Colomadu Karanganyar Tewas dengan Luka Tusukan di Leher Akibat Dikeroyok, Dua Pelaku Diamankan Polres Karanganyar

Krisis moneter 1997-1998 mengguncang sistem perbankan Indonesia. Banyak bank kolaps, hingga pemerintah mengambil langkah penyelamatan lewat program rekapitalisasi.

Caranya, negara menerbitkan obligasi rekap bernilai ratusan triliun rupiah. Dana inilah yang membebani APBN melalui pembayaran bunga setiap tahun. Salah satu penerima terbesar skema ini adalah BCA.

Kala itu, BCA nyaris tumbang. Namun berkat suntikan obligasi rekap, bank tersebut kembali sehat dan kini menjelma sebagai bank swasta terbesar di Indonesia.

Baca Juga: Terjadi lakalantas di Jl Wonosari - Yogya, satu tewas dua pengendara motor terluka

Saham Rp5 T yang Kini Bernilai Rp685 T

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X