Prof Edy: Political Will and Action yang Konsisten Diperlukan untuk Kedaulatan Pangan

photo author
- Jumat, 4 Juli 2025 | 22:45 WIB
Rektor UWM Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. dalam acara Pidato Utama Guru Besar edisi 18 dengan tema Jalan Menuju Indonesia Berdaulat di Bidang Pangan yang diselenggarakan secara daring, Jumat (4/7).  (Foto: Dok. Istimewa)
Rektor UWM Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. dalam acara Pidato Utama Guru Besar edisi 18 dengan tema Jalan Menuju Indonesia Berdaulat di Bidang Pangan yang diselenggarakan secara daring, Jumat (4/7). (Foto: Dok. Istimewa)
 
HARIAN MERAPI - Teknologi pertanian terus berkembang, memberikan harapan mencapai kembali swasembada pangan, khususnya beras. Teknologi seperti rumah kaca, kultur jaringan, nanoteknologi, dan tanam gantung menjadi alternatif baru dalam mengatasi keterbatasan lahan.
 
Hal ini disampaikan Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. dalam acara Pidato Utama Guru Besar edisi 18 dengan tema Jalan Menuju Indonesia Berdaulat di Bidang Pangan yang diselenggarakan secara daring melalui platform Zoom pada Jumat (4/7). 
 
 
Acara yang dihadiri lebih dari 40 peserta ini diselenggarakan oleh Forum 2045, bekerja sama dengan BKJ-GPTN, Fakultas Pertanian UGM, Fakultas Pertanian UB, dan Desanomia Kampus Tani.
 
Turut hadir dalam acara ini Prof. Dr. Muhammad Baiquni, M.A., Ketua Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum, dan Prof. Dr. Ujang Paman Ismail, M.Agr. dari Universitas Islam Riau.
 
Pada forum yang dipandu oleh Dr. Untoro Hariadi serta dimoderatori oleh Dr. Emi Tipuk Lestari, M.Pd. ini, Prof. Edy mengungkapkan, meskipun investasi di sektor pertanian meningkat, hal ini belum mampu mempengaruhi secara signifikan produksi beras nasional.
 
 
“Data Kementerian Pertanian menunjukkan pada tahun 2023, produksi beras mengalami penurunan sekitar 700 ribu ton dibandingkan tahun 2022, dan data Global Food Security Index menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 63,” kata Guru Besar Ilmu Ekonomi ini.
 
Menurut Prof. Edy, penurunan ini dipicu oleh berkurangnya luas panen meskipun produktivitas per hektare mengalami peningkatan. Alih fungsi lahan menjadi pemukiman, industri, atau proyek infrastruktur menjadi salah satu penyebab utama berkurangnya luas lahan pertanian.
 
Kedaulatan pangan menyempurnakan konsep ketahanan pangan dengan pemenuhan hak atas pangan berkualitas gizi baik, sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian berkelanjutan, ramah lingkungan, dan menjunjung tinggi prinsip diversifikasi pangan lokal,” kata mantan Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor ini.
 
 
Selanjutnya Prof. Edy menunjukkan bahwa untuk menuju kedaulatan pangan, diperlukan pembaruan agraria berupa penataan ulang struktur pemilikan, penguasaan dan penggunaan tanah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera, selanjutnya mendorong pola konsumsi pangan yang beragam dan mengembalikan peran pangan lokal.
 
“Pertanian ekologis berbasis keanekaragaman hayati dengan teknologi yang disesuaikan dengan agroekologi yang spesifik. Komitmen politik dan agenda aksi yang konsisten diperlukan untuk menuju kedaulatan pangan,” tegasnya.
 
 
Prof. Edy juga mengemukakan bahwa dalam rangka menuju kedaulatan pangan juga diperlukan pengembangan produk pertanian organik, yang kualitasnya baik dan lebih ramah lingkungan. Juga diperlukan untuk mendorong digitalisasi melalui penguatan e-commerce dan efisiensi distribusi.
 
“Kedaulatan pangan dapat dilaksanakan dengan penanganan pasca panen dan pemetaan lahan sehingga dapat dioptimalkan,” katanya.
 
“Untuk mencapai kedaulatan pangan, Indonesia perlu political will and action yang konsisten, mengatasi tantangan dalam keterjangkauan, ketersediaan, kualitas, dan keberlanjutan pangan, mendukung petani kecil dan mengurangi ketergantungan impor, mengembangkan sistem pangan lokal yang berkelanjutan,” terangnya. *

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X