HARIAN MERAPI - Walaupun peran wanita dalam berbagai aktivitas perekonomian dan ketenagakerjaan lainnya terkesan meningkat, namun sebetulnya relatif tidak meningkat.
"Selama lebih dua dekade tingkat partisipasi wanita dalam pasar kerja mengalami stagnasi. Angka labour force participation rate hanya berkisar 50-an persen. Artinya hanya separuh lebih sedikit angkatan kerja wanita yang aktif dalam perekonomian," ujar Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof Edy Suandi Hamid dalam International Conference di kampus California State University (CSU) Sacramento, Selasa (10/6/2025).
Baca Juga: UWM Jalin Kerja Sama dengan California State University Sacramento
Ketua DPR RI Puan Maharani memberikan Pidato Kunci pada acara yang dihadiri Rektor CSU Sacramento Dr Luke Wood beserta pimpinan CSU serta mahasiswa tersebut. Hadir juga anggota DPR RI seperti Ketua Komisi 5 Lasarus, MY Esti Wijayanti, Utut Adianto, Mufti Aiman dan Charles Honiris.
Dalam konferensi yang diikuti 100an peserta itu berbicara pula Walikota Semarang Dr Agustina Wilujeng, Prof Edy mengatakan, dibanding negara lain di dunia, angka partisipasi tenaga kerja Indonesia ini masuk dalam kisaran rata-rata.
Baca Juga: Hanya Sekadar Nebeng Haji, BP Haji akan Evaluasi Proses Rekrutmen Petugas di Daerah
"Masalahnya ini tidak naik-naik, dan sebagian besar kerja di sektor informal yang ketidakpastiannya tinggi, dan berpendapatan rendah," kata mantan Ketua FRI dan Pengurus Pusat ISEI ini.
Dikatakan, di samping itu, kesenjangan tenaga kerja wanita dan laki-laki juga sangat tinggi, bedanya sekitar 30 persen.
Baca Juga: Danantara Siap Investasi Proyek Waste to Energy, Pemerintah Targetkan Persoalan Sampah Tuntas 2029
"Ini menunjukkan perlunya usaha serius untuk meningkatkan partisipasi tenaga kerja wanita ini. Misalnya dengan meningkatkan pendidikan wanita serta menghilangkan hambatan bagi wanita untuk bekerja dan menempati posisi tinggi di berbagai lapangan kerja," kata Prof Edy Suandi Hamid.
Yang menarik ucap Prof Edy adalah tenaga kerja di pegawai negeri. "Jumlahnya jauh lebih tinggi dari laki-laki, tetapi ini sebagian besar adalah guru. Namun sayangnya perempuan di eselon 1 dan 2 jumlahnya kurang dari 20%. Jadi ada kesenjangan tinggi dari sisi level jabatan," ujar Prof Edy.
Dikatakan, karena kesulitan ekonomi keluarga, banyak tenaga kerja wanita bekerja di luar negeri. "Sayangnya banyak yang ilegal dan juga hanya bekerja sebagai asisten rumah tangga," tutup mantan Rektor UII ini. *