Prabowo ternyata pengikut pandangan ekonomi yang seperti ini

photo author
- Kamis, 12 Desember 2024 | 09:30 WIB
 Prabowo Subianto (ig@prabowo)
Prabowo Subianto (ig@prabowo)

 


HARIAN MERAPI - Prabowo Subianto berpandangan ekonomi di indonesia tidak bisa menerapkan sosialisme murni. Para pendiri bangsa telah menentukan pilihan yang dituangkan dalam UUD 1945 yang disebut dengan ekonomi konstitusi

Bagi Prabowo sosialisme murni, walaupun bagus dalam tulisan, sebenarnya tidak bisa dijalankan. Karena, dalam sosialisme murni, ada asas sama rasa sama rata yang tidak mungkin dijalankan. Jika dijalankan, nanti orang tidak ada yang mau kerja keras.

Pada sosialisme murni, orang kerja keras dan tidak kerja keras bergaji sama. Orang pintar dan orang tidak pintar bergaji sama.

Baca Juga: Indosat dan Nokia Jalin Kemitraan, Perluas Jaringan 4G dan 5G di Wilayah Terpencil Indonesia

Orang mau belajar dan tídak mau belajar bergaji sama.

Bahkan dalam utopia sosialis, di ujungnya tidak ada uang. Tidak boleh ada uang. Bagaimana? Ini kan utopia. Impian.

Prabowo mengatakan susah melaksanakan sosialisme murni. Terbukti negara-negara yang coba menjalankan sistem sosialis murni gagal di mana-mana.

Artinya, bapak-bapak kita, Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir benar. Yang tepat adalah ekonomi campuran.

Prabowo menyampaikan dalam Paradoks Indonesia dan Solusinya (2022) mengisahkan ayahnya, Prof. Sumitro, saat di meja makan selalu bercerita, terkait ekonomi campuran, mixed economy. Yang terbaik dari kapitalis, dan yang terbaik dari sosialis, hal ini yang dipakai.

Baca Juga: UKSW Salatiga Asuh 20 Anak, Cegah Stunting dengan Dana Rp 54 Juta

Jika dibaca sejarah Indonesia, dulu pernah ada keputusan untuk menggunakan sistem ekonomi Pancasila. Ekonomi harus berasaskan kekeluargaan. Intinya, yang kuat monggo, tetapi yang lemah harus ditarik. Nanti akan ada suatu equilibrium, ada keseimbangan.

Tidak benar, ekonomi yang berasaskan "yang kuat harus selalu menang, yang lemah, ya terserah". Paham kapitalisme murni seperti itu. Greed is good, keserakahan bagus. Hasilnya, yang lemah akan mati.

Kalau dalam paham kapitalisme murni, nanti yang sejahtera, yang hidupnya bagus, mapan, dan aman, hanya 1% dari penduduk. Bahkan mungkin 1% dari yang 1%. Hanya beberapa keluarga saja yang benar-benar kaya.

Ini yang terjadi sekarang di Indonesia, yang juga terjadi di Barat. Di Barat pun sudah banyak yang mempertanyakan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X