Catatan untuk RAPBN 2025

photo author
- Jumat, 16 Agustus 2024 | 19:25 WIB
Presiden Joko Widodo (tengah) dan Ketua DPR Puan Maharani berjalan saat tiba di lokasi Sidang Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I DPR Tahun Sidang 2024—2025 di Gedung Nusantara, kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024).  (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Presiden Joko Widodo (tengah) dan Ketua DPR Puan Maharani berjalan saat tiba di lokasi Sidang Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I DPR Tahun Sidang 2024—2025 di Gedung Nusantara, kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

HARIAN MERAPI - Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2025 dinilai oleh sejumlah kalangan sangat moderat.

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan di angka 5,2 persen dinilai sangat moderat mengingat selama pemerintahan Presiden Joko Widodo, target pertumbuhan hanya sekali tercapai sekali, yakni pada tahun 2022.

“Bagi Prabowo, berat untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi ke angka delapan (8) persen,” kata ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda ketika dihubungi dii Jakarta, Jumat (16/8/2024).

Kedua ialah dana pendidikan dibuat pas dengan mandatory spending sejumlah 20 persen dari negara, padahal kebutuhan untuk belanja pendidikan meningkat akibat masuknya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dianggarkan sebesar Rp71 triliun.

Baca Juga: Mendidik anak dengan keteladanan

Menurut dia, seharusnya fokus pemerintah di bidang pendidikan untuk memperbaiki bangunan sekolah yang sudah rusak, meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik, dan lain sebagainya, perlu membutuhkan pendanaan lebih besar.

Ketiga, biaya infrastruktur berkurang kendati pembiayaan ke Ibu Kota Nusantara (IKN) berlanjut. Artinya, ada proyek infrastruktur pemerintahan Presiden Jokowi yang akan dirasionalisasikan.

“Hal ini senada dengan komitmen Prabowo untuk menggunakan APBN untuk fokus ke pembangunan pangan dan sumber daya manusia,” ujarnya yang menjabat sebagai Direktur Ekonomi Digital Celios, seperti dilansir Antara.

Catatan selanjutnya yaitu tidak adanya pernyataan spesifik mengenai anggaran subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) maupun listrik. Huda menduga ada kemungkinan subsidi BBM dikurangi.

Baca Juga: Pelatih PSIS Semarang Gilbert Agius Waspadai Trisula Persis Solo Saat Derby Jateng pada BRI Liga 1 di Stadion Manahan Solo, Besok Malam

Kelima, penerimaan perpajakan diprediksi hanya tumbuh 7,8 persen.

“Artinya, memang tidak memerlukan effort lebih dari perpajakan, kecuali target tahun ini tidak tercapai yang artinya pertumbuhan penerimaan perpajakan bisa lebih dari 7,8 persen,” ungkap dia.

Terakhir, defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat dari 2,29 persen menjadi 2.53 persen yang berarti terdapat ruang lebih luas bagi pemerintahan selanjutnya untuk menarik hutang lebih banyak di anggaran tahun depan.

“Hal ini harus disikapi dengan hati-hati agar porsi hutang terhadap PDB tidak meningkat,” ucap Huda.(*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X