Bima menyadari betul hal itu. Akan tetapi, pelatih berumur 46 tahun tersebut menolak untuk bermain aman meski hanya membutuhkan satu poin saja untuk menjadi juara Grup A dan mengunci satu tempat di babak empat besar.
"Kami tak boleh berpikir, 'Wah, seri sudah cukup jadi kami harus bermain aman'. Kami mau 'fight' dan menang," tutur Bima.
Takluk dari Vietnam tentu saja tidak masuk dalam skenario. Sebab, andai ditundukkan Vietnam, Indonesia harus berharap menjadi peringkat kedua terbaik fase grup dan itu artinya menggantungkan nasib kepada tim dari grup lain yakni Grup C.
Sebagai catatan, Grup B tak masuk hitungan karena poin peringkat kedua mereka dipastikan tak bisa melampaui poin di Grup A dan C.
Hitung-hitungannya, misalnya kalah dari Vietnam, maka Indonesia memiliki enam poin.
Di Grup C, usai menjalani dua laga, masih ada tiga tim yakni Malaysia (empat poin), Myanmar (empat poin) dan Kamboja (tiga poin) yang berpeluang ke semifinal.
Pertandingan terakhir Grup C, Senin (8/8), akan mempertemukan Myanmar melawan Kamboja dan Malaysia versus Australia. Jika Myanmar dan Malaysia sama-sama menang, maka Indonesia tersingkir dari Piala AFF U-16 2022.
Keadaan demikianlah yang tidak diinginkan oleh Bima Sakti.
"Kami tak mau berharap pada tim lain. Kami ingin menentukan nasib kami sendiri," kata dia.*