HARIAN MERAPI - Semangat muda dan ketegangan kompetisi membaur sempurna di Supersoccer Arena Rendeng Kudus, Minggu (19/6) saat ratusan anak panah mulai melesat ke udara dalam ajang MilkLife Archery Challenge Kejurnas Junior 2025.
Kejuaraan nasional panahan junior terbesar ini resmi dibuka 27 Juni dan akan berlangsung hingga 5 Juli 2025, mempertemukan 876 atlet muda dari 28 provinsi se-Indonesia.
Kudus, yang dikenal sebagai kota dengan tradisi olahraga kuat, dipercaya menjadi tuan rumah turnamen bergengsi ini.
Tak hanya menjadi panggung adu akurasi dan konsentrasi, ajang ini juga menjadi ladang penyemaian bibit-bibit panahan masa depan Indonesia.
Baca Juga: Inilah tiga PSE yang tidak patuh kewajiban pendaftaran dan berujung diputus aksesnya oleh Kemkomdigi
MilkLife Archery Challenge merupakan kolaborasi antara Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) dan Bakti Olahraga Djarum Foundation, dua entitas yang memiliki visi sama yakni membangun ekosistem panahan nasional secara berkelanjutan sejak usia dini.
"Turnamen ini bukan sekadar kompetisi, tapi gerbang awal meraih prestasi menuju Pelatnas, hingga panggung dunia seperti SEA Games, hingga Olimpiade," ujar Arsjad Rasjid, Ketua Umum PB Perpani.
Ia menekankan pentingnya regenerasi yang konsisten dan terstruktur agar Indonesia bisa berbicara lebih lantang di kancah panahan dunia.
Kejuaraan tahun ini mempertandingkan tiga divisi utama: Recurve, Compound, dan Nasional (standard bow), dengan empat kategori usia: U-10, U-13, U-15, dan U-18.
Baca Juga: Hujan cukup lebat, pesawat Batik Air hampir tergelincir di Bandara Soetta
Kategori U-10 menjadi gebrakan baru, sebagai upaya menjaring talenta potensial sejak dini.
Sistem pertandingan mengacu pada standar internasional, yaitu divisi Recurve dan Nasional memakai sistem set, sedangkan divisi Compound menggunakan akumulasi skor tertinggi.
Proses seleksi dimulai dari babak kualifikasi hingga eliminasi, baik untuk nomor perorangan, beregu, maupun beregu campuran.
Sebanyak 321 medali diperebutkan, terdiri dari 107 medali emas, 107 perak, dan 107 perunggu.
Ketatnya persaingan semakin terasa dengan hadirnya kontingen- kontingen besar seperti Jawa Tengah (80 atlet), DKI Jakarta (79 atlet), dan Jawa Barat (77 atlet).