Mengerikan ! Bentrok suporter sepak bola di Guinea tewaskan 56 orang, seperti ini kondisinya

photo author
- Selasa, 3 Desember 2024 | 13:45 WIB
Ilustrasi - Seorang bocah berusaha diselamatkan orang tuanya saat terjadi kerusuhan saat pertandingan sepak bola.  (Foto Antara/Chanry Andrew Suripatty/Dok)
Ilustrasi - Seorang bocah berusaha diselamatkan orang tuanya saat terjadi kerusuhan saat pertandingan sepak bola. (Foto Antara/Chanry Andrew Suripatty/Dok)



HARIAN MERAPI - Ini sejarah kelam dalam persepakbolaan di Nzerekore, Guinea Tenggara, karena menelan korban jiwa hingga 56 orang.


Itu terjadi dalam final turnamen sepak bola di negara tersebut akibat bentrok antarsuporter dan desak-desakan hingga menewaskan 56 orang.


Tragedi tersebut dipicu oleh sikap kontroversial wasit yang dinilai tidak objektif.

Baca Juga: Ini faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindakan ekstrem

Turnamen itu diadakan untuk menghormati pemimpin militer Guinea, Mamady Doumbouya, namun berakhir dengan kekacauan.

Menurut pernyataan resmi, pemerintah Guinea menyatakan kerusuhan dipicu oleh lemparan batu dari suporter, yang menyebabkan kepanikan massal dan penumpukan di pintu keluar stadion. Pemerintah berjanji melakukan investigasi menyeluruh atas insiden ini.

Menurut saksi mata yang dikutip ESPN, kekerasan bermula pada menit ke-82 setelah wasit memberikan kartu merah yang memicu amarah suporter.

“Lemparan batu terjadi, polisi kemudian menembakkan gas air mata. Dalam suasan panik itu, saya melihat banyak orang terjatuh, termasuk perempuan dan anak-anak yang terinjak-injak. Sangat mengerikan,” ujar salah seorang penonton, Amara Conde.

Baca Juga: Digitalisasi Layanan Tekan Waktu Penanganan Gangguan Listrik, Dirut PLN: dari 20 Menit Jadi 4 Menit 

Kericuhan memicu kepanikan di kalangan penonton yang berusaha keluar dari stadion sehingga menciptakan kerumunan besar di pintu-pintu keluar. Sebuah video yang diverifikasi Reuters menunjukkan puluhan orang mencoba melarikan diri dengan memanjat tembok tinggi stadion.

Mantan Presiden Guinea, Alpha Conde, menyebut tragedi ini sebagai bukti buruknya organisasi acara dalam kondisi negara yang masih tidak stabil.

“Dalam situasi di mana negara telah diliputi ketegangan dan pembatasan, tragedi ini menyoroti bahaya dari penyelenggaraan yang tidak bertanggung jawab,” kata Conde.

Seorang pejabat pemerintah kota yang tidak ingin disebutkan namanya menambahkan kebanyakan korban adalah anak-anak di bawah umur yang terjebak dalam kekacauan setelah polisi menembakkan gas air mata.

Ia juga menggambarkan pemandangan penuh kebingungan ketika para orang tua yang bergegas mengambil jenazah sebelum proses penghitungan resmi.

 Baca Juga: Info Lowongan Kerja, OJK Buka Rekrutmen Pendidikan Calon Staf Angkatan 8

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Malaysia Jadi Tuan Rumah SEA Games 2027

Minggu, 21 Desember 2025 | 12:30 WIB

Luis Suarez Berseragam Inter Miami hingga 2026

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:00 WIB
X