Ini faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindakan ekstrem

photo author
- Selasa, 3 Desember 2024 | 09:30 WIB
Ilustrasi kesehatan mental  (ANTARA/Pexels)
Ilustrasi kesehatan mental (ANTARA/Pexels)



HARIAN MERAPI - Mengapa remaja acap melakukan tindakan ekstrem ? Bisa jadi karena mengalami gangguan kesehatan mental.


Menurut psikolog klinis, gangguan kesehatan mental bisa picu remaja melakukan tindakan ekstrem.


Hal tersebut diungkapkan psikolog klinis A. Kasandra Putranto kepada ANTARA di Jakarta, Senin.

Baca Juga: Sejarah Wotawati, Dusun Unik di Gunungkidul yang Kini Bersolek ala Kerajaan Majapahit dan Mataram


Ia menyampaikan beberapa faktor yang dapat memicu remaja melakukan tindakan ekstrem saat menghadapi masalah, salah satunya gangguan kesehatan mental.

"Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang, terutama remaja, melakukan tindakan ekstrem seperti itu, meliputi gangguan kesehatan mental, masalah dalam keluarga, dan tekanan sosial," kata psikolog lulusan Universitas Indonesia itu

Kasandra menyampaikan pernyataan itu ketika ditanya mengenai kasus remaja berusia 14 tahun yang pada Sabtu (30/11) menusuk ayah dan neneknya hingga meninggal serta melukai ibunya di Cilandak, Jakarta Selatan.

Ia menjelaskan bahwa gangguan mental emosional, gangguan kepribadian, dan gangguan jiwa dapat memicu perilaku agresif, membuat individu sulit mengendalikan dorongan untuk melakukan tindakan ekstrem dalam situasi tertentu.

Baca Juga: Pj Wali Kota Pekanbaru Terjaring OTT KPK

Menurut dia, lingkungan keluarga dan pengasuhan yang tidak sehat juga bisa memicu individu melakukan tindakan ekstrem dalam situasi tertentu.

"Kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan seksual juga menjadi salah satu faktor penyebabnya," katanya.

Ia mengemukakan, anak-anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang penuh kekerasan atau kecemasan bisa mengalami kesulitan dalam mengelola emosi dan berisiko menunjukkan perilaku agresif, termasuk terhadap orang dekat mereka seperti orang tua atau saudara.

"Anak-anak yang mengalami kekerasan atau trauma di masa kecil lebih cenderung mengembangkan gangguan perilaku, depresi, atau bahkan gangguan kepribadian, yang bisa berujung pada tindakan kekerasan di kemudian hari," kata dia.

 Baca Juga: Garuda Pertiwi Tantang Kamboja di Babak Final Piala AFF Putri 2024

Kasandra mengemukakan bahwa remaja seringkali terjebak dalam konflik internal besar seperti pencarian identitas, tekanan teman sebaya, atau masalah akademis.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X